PanenTalks, Gunungkidul – Ingatan kita masih segar akan penemuan ratusan telur penyu di pesisir Pantai Wediombo, Gunungkidul, DIY, beberapa waktu lalu.
Sebuah penemuan yang membawa harapan, kini berbuah manis dengan kembalinya 101 tukik (anak penyu) ke habitat aslinya pada Rabu sore (4/6). Momen haru ini menjadi penanda vital dalam upaya menjaga kelestarian penyu dari ancaman kepunahan.
Telur-telur yang berhasil diamankan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY itu sebelumnya menjalani masa inkubasi di Pusat Penangkaran Penyu Pantai Pelangi Bantul. Setelah penantian penuh harap, sebagian besar telur menetas sempurna, siap untuk memulai perjalanan hidup di samudra luas.
Suasana haru dan antusiasme menyelimuti Pantai Wediombo, Kapanewon Girisubo, saat pelepasan tukik dilakukan. Masyarakat setempat, bersama dengan Bupati Gunungkidul, perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, dan berbagai pihak terkait lainnya, turut menjadi saksi bisu momen bersejarah ini.
Veronica Voni, Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, memimpin kegiatan dengan memberikan edukasi berharga.
“Ada caranya untuk melepaskan tukik ini,” jelas Voni, menekankan pentingnya membiarkan tukik berproses secara alami. “Pertama, hadapkan kepala tukik ke tanah dan biarkan mereka berjalan sendiri ke laut. Hindari memegang atau kontak fisik dengan tukik.”
Alasan di balik metode ini sangatlah mendalam. Voni menjelaskan bahwa cara ini memungkinkan tukik untuk merekam lingkungan sekitarnya sebelum memasuki air. Proses penting ini diyakini akan membimbing mereka kembali ke pantai yang sama untuk bertelur, 20 hingga 30 tahun mendatang. Sebuah siklus kehidupan yang bergantung pada naluri alami mereka.
Wahid Supriyadi, Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul, memaparkan detail penemuan awal. “Total ada 108 telur yang kami temukan di dalam lubang atau sarang,” ujarnya. Sayangnya, satu tukik ditemukan mati di sarang. Setelah dilaporkan ke DKP DIY, telur-telur tersebut segera diamankan di Pusat Konservasi Penyu Pantai Pelangi.
“Dari jumlah tersebut, 101 tukik berhasil menetas dan sekarang kita lepaskan, sisanya gagal menetas,” tambah Wahid. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata komitmen berbagai pihak dalam menjaga kelestarian penyu, makhluk laut yang rentan dan vital bagi ekosistem.
Pelepasan 101 tukik ini bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga simbol harapan. Harapan bahwa generasi penyu akan terus lestari, berkat kepedulian dan upaya konservasi yang tak kenal lelah.

Wahid Supriyadi selaku Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul memaparkan, ada total 108 telur yang ditemukan didalam lubang atau sarang.
“Saat kita temukan ada 1 yang mati didalam sarang, lalu kemudian kita laporkan ke DKP DIY untuk diamankan di Pantai Pelangi dimana disana ada tempat konservasi penyu, dan akhirnya yang menetas ada 101 yang sekarang kita rilis dan sisanya gagal menentas,” ujarnya.
Wahid Supriyadi selaku Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul memaparkan, ada total 108 telur yang ditemukan didalam lubang atau sarang.
“Saat kita temukan ada 1 yang mati didalam sarang, lalu kemudian kita laporkan ke DKP DIY untuk diamankan di Pantai Pelangi dimana disana ada tempat konservasi penyu, dan akhirnya yang menetas ada 101 yang sekarang kita rilis dan sisanya gagal menentas,” ujarnya.
Wahid juga mengimbau kepada masyarakat, apabila menemukan penyu yang akan bertelur ataupun telur penyu di Kawasan Pantai Wediombo, Jungwok, dan sekitarnya untuk dapat segera melaporkan agar segera ditindaklanjuti mengingat wilayah tersebut termasuk dalam area konservasi penyu.
“Apabila masyarakat ada yang menemukan atau melihat penyu yang akan bertelur, jangan diganggu karena pernah ada di Pantai Indrayanti ada penyu mau bertelur malah diganggu dan penyu itu tidak jadi bertelur, karena itu juga akan mengganggu ekosistem.” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengaku kagum, fenomena tersebut membuktikan bahwa ekosistem di wilayah pantai Gunungkidul masih lestari dan terjaga. Pihakmya kini tengah tengah mengkaji sejumlah wilayah pantai yang akan ditetapkan sebagai zona tanpa pembangunan untuk mendukung pelestarian habitat penyu.
Lebih lanjut, Ia juga memastikan kedepan kelestarian penyu akan terus dijaga. “Kegiatan ini bisa dikembangkan sebagai wisata berbasis konservasi, melalui kerja sama antara Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemkab Gunungkidul tengah mengkaji kemungkinan membuka destinasi wisata pelepasan tukik secara berkala.” kata Bupati.
Tukik yang dilepaskan ini berjenis penyu lekang yang berusia sekitar 1 hari sejak menetas. Tukik ini sengaja dilepas ke laut lepas untuk mencegah habitatnya punah karena populasinya sudah mulai berkurang dan terancam punah. (*)
Editor: Rahmat