PanenTalks, Bogor – Agronomi memiliki peran besar dalam menjamin ketersediaan bahan baku tanaman yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan bagi industri kosmetik alami. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Ani Kurniawati, dalam Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University di Kampus Dramaga, Sabtu (25/10).
Prof Ani menjelaskan bahwa sumber daya hayati Indonesia menyimpan potensi besar karena menyediakan beragam senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pangan dan obat tradisional, tetapi juga untuk produk kosmetik.
“Pemanfaatan tanaman dalam bidang kosmetik harus melestarikan kearifan lokal dan membuka jalan bagi produk hilir bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, tren kosmetik berbahan alami atau cosmeceutical tengah meningkat pesat di pasar global dan diprediksi akan terus tumbuh positif hingga 2027.
“Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain utama karena keanekaragaman hayati kita luar biasa,” jelas Prof Ani.
Ia menuturkan, efektivitas kosmetik alami ditentukan oleh kandungan senyawa bioaktif tanaman seperti antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, anti-aging, dan agen pencerah kulit. Namun, produksi bahan baku tanaman masih menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya ketersediaan yang bergantung pada alam, fluktuasi kandungan bioaktif, dan keterbatasan budidaya terstandar.
“Sebagian besar bahan baku tanaman kosmetik masih diambil langsung dari alam. Ini menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem dan variasi kualitas bahan,” tutur Prof Ani.
Ia menekankan, pengelolaan faktor agronomi seperti pemupukan, kondisi lingkungan, dan waktu panen sangat berpengaruh terhadap kadar senyawa aktif tanaman. Dalam penelitiannya, Prof Ani mencontohkan sejumlah tanaman potensial seperti melati, kenanga, jinten hitam (Nigella sativa), kulit manggis, dan bengkuang.
“Kami menemukan bahwa waktu panen dan fase pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif. Misalnya, kenanga asal Kediri menghasilkan minyak atsiri tertinggi pada fase pembungaan akhir,” paparnya.
Selain faktor agronomi, Prof Ani juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas bidang agar Indonesia dapat lebih kompetitif di pasar kosmetik global.
“Untuk menghasilkan produk kosmetik alami, diperlukan sinergi antara ahli agronomi, kimia, farmasi, hingga industri. Rantai ini harus terhubung kuat agar produk kita bisa bersaing di pasar dunia,” jelasnya.
Ia menegaskan, penerapan prinsip agronomi yang baik tidak hanya menjamin produktivitas, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem dan keamanan konsumen.
“Agronomi bukan hanya tentang hasil panen, tetapi juga tentang keberlanjutan ekosistem dan keamanan semua pihak yang terlibat,” tegasnya.

