PanenTalks, Sleman – Duka menyelimuti keluarga besar Universitas Amikom Yogyakarta setelah salah satu mahasiswanya, Rheza Sendy Pratama, dilaporkan meninggal dunia pada Minggu, 31 Agustus 2025 pagi. Rheza disebut-sebut menjadi korban dalam bentrokan antara aparat dan demonstran di sekitar Mapolda DIY.
Kabar meninggalnya mahasiswa Ilmu Komunikasi kelahiran 2004 itu pertama kali mencuat lewat unggahan Forum BEM se-DIY di Instagram. Forum tersebut menyampaikan ucapan belasungkawa sekaligus menyoroti dugaan kekerasan yang dialami Rheza saat mengikuti aksi demonstrasi.
“Kronologi singkat, pada saat aksi demonstrasi besar-besaran yang tengah bergema di berbagai daerah Indonesia, Rheza turut hadir sebagai bagian dari barisan perjuangan mahasiswa. Di tengah situasi kacau, motor yang ditungganginya mati ketika hendak berbalik arah. Tiba-tiba aparat menembakkan gas air mata, membuat Rheza terjatuh. Rekannya yang dibonceng berhasil lari menyelamatkan diri, namun Rheza yang tergeletak justru dihampiri oleh polisi-polisi hingga nyawanya tak lagi tertolong,” tulis akun @forumbemsediy.
Forum tersebut menegaskan bahwa kepergian Rheza tidak bisa dianggap sebagai insiden biasa.
“Kematian ini bukan hanya duka bagi keluarga, tapi juga cambuk bagi kita semua. Seorang mahasiswa, seorang anak bangsa, tumbang bukan karena penyakit atau musibah biasa, melainkan dalam ruang perjuangan yang seharusnya dijaga kehormatannya,” lanjut unggahan itu.
Belum Pastikan Keterlibatan Rheza
Kabar meninggalnya Rheza dibenarkan oleh Wakil Rektor III Universitas Amikom Yogyakarta, Achmad Fauzi. Ia menyampaikan bahwa Rheza adalah mahasiswa aktif kampus, namun hingga kini pihak universitas belum mengetahui secara pasti penyebab kematian maupun keterlibatannya dalam aksi demonstrasi.
“Kalau secara kronologis memang itu (saat kejadian) tidak dalam pantauan kami, sehingga kami secara pasti tidak tahu persis kejadiannya, sehingga kami tidak bisa memberikan keterangan yang terkait peristiwa yang terjadi seperti apa, karena belum investigasi,” ujar Fauzi saat ditemui di rumah duka.
Ia menyampaikan bahwa pihak kampus belum sempat melakukan komunikasi dengan kepolisian, dan saat ini fokus utama adalah mendampingi pihak keluarga.
“Kami fokus untuk terkait dengan almarhum dulu, di rumah sakit sampai siang,” tambahnya.
Fauzi berharap pihak kepolisian segera memberikan penjelasan resmi terkait kejadian ini dan membuka komunikasi dengan pihak kampus.
“Harapannya pihak kepolisian bisa memberikan informasi yang lengkap kepada kami tentang peristiwa yang terjadi seperti apa. Bagaimanapun juga ini mahasiswa kami, meskipun sudah di luar pantauan dan kendali kami, tetap ini mahasiswa, sehingga harus dilakukan investigasi. Harapannya pihak kepolisian juga bisa berkoordinasi dengan kami dan menyampaikan informasi apa yang sebenarnya terjadi,” tegasnya.
BEM Amikom Lakukan Investigasi Internal
Ketua BEM Universitas Amikom Yogyakarta, Alvito Afriansyah, menyatakan bahwa pihaknya kini tengah mengumpulkan informasi lebih lanjut guna mengungkap kejadian yang menimpa Rheza. Pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan penuh, namun mengakui adanya sejumlah petunjuk yang mengarah bahwa Rheza berada di lokasi aksi.
“Ya perihal itu kami sampaikan di sini bahwa betul itu adalah korban yang kita sama-sama lihat di video bawa korban tertinggal pada saat aparat melemparkan gas air mata dan mungkin insiden itu terjadi saat itu. (Petunjuk) dari motor dan juga itu kami dapatkan dari informasi teman sekelas bahwa itu betul saudara Rezha,” kata Alvito.
Menurutnya, informasi yang dihimpun dari rekan-rekan Rheza serta video yang beredar di media sosial akan dikaji lebih lanjut oleh pihak internal kampus.
“Harapannya kami juga bisa mendapatkan informasi yang lebih luas perihal itu agar nanti kami dapat tentunya mengkorelasikan dan dengan informasi serta kejadian yang dialami Rheza hari ini,” ujarnya. (*)