Kamis, Oktober 2, 2025

Bali di Garis Depan Ekonomi Hijau dan Revolusi Kendaraan Listrik

Share

PanenTalks, Denpasar – Bali kembali menorehkan namanya di kancah global. Bukan hanya pesona alamnya, kini Pulau Dewata diakui sebagai pionir dalam gerakan ekonomi hijau dan pemanfaatan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Pujian tersebut datang langsung dari Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, dalam jamuan makan malam Periklindo Electric Vehicle Conference (PEVC) 2025 di Gedung Kertha Sabha, Denpasar, baru baru ini.

Moeldoko dengan tegas menyatakan, Gubernur Bali Wayan Koster adalah pelopor sejati. “Saat dunia mulai membahas tentang ekonomi hijau, Gubernur Koster telah bicara jauh sebelumnya,” ungkap Moeldoko. Keseriusan Koster, jauh sebelum isu ini mendunia, terbukti dari berbagai program nyata yang digulirkan. S

Salah satunya yang paling menonjol adalah penghentian penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik di Bali.

“Kalau bicara soal EV, Gubernur Koster adalah pelopor sesungguhnya,” cetus Moeldoko, menekankan komitmen Bali di bawah kepemimpinan Koster. Tak heran, saat ide penyelenggaraan PEVC di Bali pertama kali diutarakan, Gubernur Koster menyambutnya dengan antusiasme tinggi.
EV: Lebih dari Sekadar Teknologi, Sebuah Diplomasi Lingkungan
Moeldoko juga menyoroti filosofi di balik kendaraan listrik.

Menurutnya, EV bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan fondasi penting dalam upaya pelestarian lingkungan.

“Bicara tentang EV itu bukan sekadar teknologi, namun kita bicara tentang bagaimana lingkungan ini kita bangun bersama menjadi sebuah lingkungan yang sangat bersih bagi anak cucu kita ke depan. Berbicara EV juga bagian penting dalam diplomasi ekonomi hijau,” tegasnya. Indonesia, melalui Periklindo, berkomitmen penuh untuk terus mengkampanyekan perubahan positif demi lingkungan yang lebih baik.

Menanggapi apresiasi tersebut, Gubernur Wayan Koster menyambut baik inisiatif Moeldoko. Konferensi kendaraan listrik di Pulau Dewata ini sejalan dengan kebijakan agresif Pemprov Bali dalam mengkampanyekan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai. “Kami sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Periklindo yang mempercayakan Bali sebagai tuan rumah penyelenggaraan PEVC. Ini merupakan momentum penting dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia,” urai Koster.

Gubernur Koster kemudian memperkenalkan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru. Visi ini bukan hanya tentang kemakmuran ekonomi, tetapi juga harmoni spiritual yang berakar pada adat, budaya, dan agama, serta komitmen kuat terhadap kelestarian alam.

“Inilah yang melandasi komitmen kami untuk melestarikan lingkungan alam dan memuliakan sumber-sumber kehidupan. Itulah sebabnya kami memberlakukan kebijakan yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Komitmen ini diwujudkan melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih, yang diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2020 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Bali Tahun 2020-2050.

Berkat kegigihan Koster, Menteri ESDM dan PLN telah menyetujui pelarangan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di Bali, mendorong pemanfaatan energi bersih dari angin, matahari, gelombang, dan panas bumi.

Tak hanya di sektor energi, Pemprov Bali juga agresif mendorong penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai melalui Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2019. “Kami gencar mengkampanyekan ke seluruh elemen masyarakat untuk menggunakan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Mobil dinas saya kendaraan listrik. Demikian juga Bapak Kapolda Bali, Kajati, Ketua Pengadilan Tinggi, Danlanal, Danlanud dan Danrem.

Semuanya sudah menggunakan kendaraan listrik. Dan mulai tahun ini, saya mendorong seluruh pegawai menggunakan kendaraan listrik. Ini produk yang memuliakan alam,” paparnya.

Untuk memperluas cakupan, Pemprov Bali tengah membahas penetapan zona ramah lingkungan di Kuta, Sanur, Ubud, dan Nusa Penida. Di kawasan wisata ini, aturan pemanfaatan energi bersih dan mobilitas menggunakan kendaraan listrik akan diberlakukan. Target ambisius Bali adalah mencapai Net Zero Emission pada tahun 2045, sebuah komitmen yang menunjukkan keseriusan Pulau Dewata dalam mengatasi perubahan iklim.

Gubernur Koster bahkan mengundang investor untuk merealisasikan kawasan industri kendaraan listrik di Jembrana, optimis ini akan mempercepat transisi dari kendaraan konvensional. “Kami juga mengundang investor yang tertarik pengembangan PLTS atap di Bali. Itulah upaya kami dari hulu hingga hilir yang berkaitan dengan pemanfaatan energi bersih,” imbuhnya.

Komitmen lingkungan Bali tidak berhenti pada energi dan transportasi. Sektor pertanian pun didorong ke arah organik, melarang penggunaan pupuk kimia dan pestisida. “Saat ini, 70 persen sawah di Bali sudah organik,” terang Koster. Larangan penggunaan plastik sekali pakai juga menjadi bagian integral dari upaya pelestarian lingkungan ini.

Jamuan makan malam bersejarah ini juga dihadiri oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, Drs. Djauhari Oratmangun, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia, Wang Lutong, Bapak Kendaraan Listrik Asia, Prof. C.C. Chan, dan Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok, Al Busyra Basnur. Sebagai cenderamata, Gubernur Koster menyerahkan Arak Bali, simbol budaya dan kekayaan lokal. (*)

Read more

Local News