Panentalks, Bantul – Berada di selatan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Bantul berbatasan langsung dengan pesisir laut selatan. Kondisi ini membuat Bantul memiliki sejumlah potensi bencana.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menyebut ada 11 potensi bencana di wilayahnya. Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanta menyebut kesebelas potensi bencana di Bantul tersebut adalah banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit, gelombang tinggi, abrasi, likuifaksi dan kegagalan teknologi.
Dari sebelas potensi bencana tadi, Agus menyebut ada empat bencana yang selalu terjadi setiap tahun, yaitu banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran.

“Tetapi potensi bencana paling berat yang dihadapi Kabupaten Bantul adalah gempa bumi dan tsunami,” jelas Agus di sela-sela kegiatan Apel Rawan Bencana di Lapangan Paseban, Minggu (27/4).
Meski begitu, BPBD Bantul berharap gempa bumi dan tsunami tidak terjadi dalam waktu dekat dan terus mengingatkan kepada masyarakat untuk waspada terkait gempa bumi dan tsunami.
“Bantul memiliki sesar Opak, lalu ada lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Lempeng itu berpotensi menyebabkan gempa megathrust dan tsunami. Jadi ada dua potensi gempa, yakni yang pertama megathrust, yang kedua gempa di sesar Opak,” ungkap Agus.

Untuk waspada bencana tsunami, BPBD bersama dengan BMKG membentuk Kelurahan Siaga Tsunami untuk Kalurahan Parangtritis, Trimurti, Gadingsari dan Poncosari. Selain itu, BPBD Bantul juga telah memiliki 29 Early Warning System (EWS) yang dipasang di pinggir pantai.
“Secara kajian, memang jumlah EWS itu masih kurang. Nah, dari 29 EWS itu selalu kami cek tiap bulan. Alhamdulillah sejauh ini EWS juga berfungsi semua dan ketika ada kerusakan 1- 2 EWS, langsung kami perbaiki,” jelas Agus.
Sebagai upaya mitigasi, BPBD juga menggandeng Disdikpora Bantul dengan memberikan pendidikan terkait kebencanaan di tingkat TK, SD, dan SMP. Pemkab Bantul pada 2025 menargetkan ada tambahan 50 Sekolah menjalankan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Program SPAB ini penting guna mendorong masyarakat mewaspadai sejumlah potensi bencana alam.
Ketua Komisi A DPRD Bantul Jumakir menyatakan, tidak hanya siswa yang dilibatkan dalam program SPAB, tapi guru juga terlibat dalam program itu.
“Sehingga tanggung jawab apabila ada bencana tidak hanya dari pihak sekolah, tapi guru dan siswa juga memiliki tanggung jawab yang sama,” kata Jumakir sekaligus memastikan saat ini sudah ada sudah ada 1.000 guru di Kabupaten Bantul yang telah menjalani bimbingan teknis (Bimtek) kebencanaan dan telah mengantongi sertifikat guru tangguh bencana.
Upaya lain dari BPBD Bantul adalah mengintensifkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sukarelawan di wilayahnya. Salah satunya dengan memberikan perlindungan asuransi kepada 507 sukarelawan sebagai bentuk apresiasi kami sekaligus antisipasi atas risiko di lapangan. (*)
Editor: Rahmat