PanenTalks, Denpasar – Angin segar kembali berhembus bagi kebijakan kontroversial Gubernur Bali, Wayan Koster, terkait pelarangan produksi dan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik berukuran di bawah satu liter.
Kali ini, dukungan lantang datang dari garda terdepan mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana (UNUD).
Bak gayung bersambut, jajaran BEM UNUD, yang dipimpin langsung oleh ketuanya, I Wayan Arma Surya Darmaputra, menyambangi Gedung Jayasabha, Denpasar, pada Rabu (16/4) sore.
Di hadapan sang Gubernur, Arma Surya dengan penuh semangat menyatakan dukungan penuh atas langkah berani yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah tersebut.
“Saya sangat mendukung program visioner ini sebagai solusi konkret untuk menekanGunung sampah plastik yang telah lama menjadi momok di Pulau Dewata,” seru Arma Surya dengan nadaOptimis.
Ia bahkan mencontohkan keberhasilan kebijakan pembatasan penggunaan tas kresek yang awalnya menuai keluhan, namun kini telah menjadi kebiasaan positif di masyarakat.
Mewakili suaraSolid mahasiswa UNUD, Arma Surya tak lupa menyampaikan apresiasi mendalam atas ketegasan Gubernur Koster.
“Kami, segenap keluarga besar BEM Udayana, memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas keberanian Gubernur dalam mengambil kebijakan ini,” imbuhnya dengan penuh harap agar kebijakan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi Bali.
Mendengar dukungan tulus dari para mahasiswa, Gubernur Wayan Koster tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
“Saya sangat senang melihat antusiasme generasi muda dalam mendukung kebijakan ini. Ini membuktikan bahwa kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup sudah tertanam kuat di benak mereka,” ungkap Koster dengan wajah sumringah.
Ia pun menegaskan bahwa kebijakan ini telah mendapat pengakuan dari pemerintah pusat dan bahkan telah banyak diterapkan di berbagai negara.
Lebih lanjut, Koster mewanti-wanti bahwa tanpa tindakan nyata, Bali yang terkenal dengan keindahan alamnya, berpotensi kehilangan daya tarik di mata wisatawan mancanegara akibat masalah sampah.
“Bayangkan jika Bali bersih dari sampah plastik, tentu akan semakin mempesona dan naik kelas pariwisatanya.
Anak-anak muda senang, wisatawan pun semakin betah berkunjung karena melihat komitmen kita terhadap lingkungan,” tandasnya dengan penuh keyakinan.
Gubernur dua periode ini bahkan mengungkapkan bahwa pemerintah pusat justru mendorong Bali untuk memperkuat kebijakan ini sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi air minum.
“Saya didorong untuk terus mempertahankan kebijakan ini dan mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan tumbler atau wadah air minum lainnya. Bali diharapkan menjadi pelopor kebijakan ramah lingkungan ini,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada isu sampah plastik, dalam pertemuan tersebut, BEM UNUD juga menyerahkan sejumlah kajian mendalam yang menyoroti berbagai aspek penting bagi Bali, mulai dari budaya, adat, hingga lingkungan, dengan visi besar “Culture for Tourism”.
Mereka juga menyampaikan keprihatinan terhadap semakin terkikisnya penggunaan arsitektur khas Bali dalam pembangunan modern.
Menanggapi beragam isu yang diangkat mahasiswa, Gubernur Koster menyambut baik inisiatif tersebut dan mempersilakan para akademisi muda untuk terus melakukan kajian mendalam serta menggelar uji publik.
“Suara mahasiswa itu murni, tanpa kepentingan politik. Kajian dan masukan dari mereka sangat berharga untuk kemajuan Bali,” pungkasnya.
Pertemuan penuh semangat ini juga menjadi momentum bagi jajaran BEM UNUD untuk menginformasikan rencana penyelenggaraan pra-musyawarah nasional di Bandung yang akan mempertemukan perwakilan BEM dari seluruh penjuru Indonesia. Sebuah sinyal kuat bahwa isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan semakin menjadi perhatian utama bagi generasi muda penerus bangsa. (*)