PanenTalks, Semarang – Keterbatasan lahan menjadi problematika di daerah perkotaan. Alhasil, memanfaatkan lahan di sekitar rumah solusi menyalurkan hobi berkebun.
Adalah Tri Madiyono, Pemilik Kebun Njalar Ngasem memanfaatkan halaman samping rumah untuk menanam anggur. Dia menerapkan urban farming dengan membangun green house berukuran 4x 16 m. Hal ini mengingat cuaca terik di Kota Semarang.
“Anggur adalah buah sub tropis namun bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan lebih panas termasuk Kota Semarang,” kata Tri, belum lama ini.
Menanam anggur berdekatan dengan risiko jamur jika terkena curah hujan tinggi. Semakin tinggi curah hujan semakin tinggi risiko. Green house berfungsi untuk mengurangi risiko dan meminimalisir perawatan.
Namun begitu, dalam cuaca seperti belakangan ini membutuhkan perawatan lebih insentif agar panen lebih maksimal.
Adapun, jenis anggur di kebun ini adalah Tamaki (dari Jepang), Snowball (dari Ukraina), Early Adora (dari Ukraina) dan Jupiter (dari USA).
“Masing-masing anggur dari setiap negara memiliki keunikan warna buah dan rasa,” kata pengurus Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia (ASPAI) DPD Kota Semarang.
Dia memulai berkebun anggur sejak 2018 tepatnya di Jln Ngasem 3 RT 02 RW 05 Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik. Setelah berhasil menanen pertama kali, dia mulai menekuni serius menanam bibit dan membuka wisata petik anggur.
“Saat itu konsumen bisa memetik sendiri dan membungkus anggur seharga Rp130 Ribu per kilogram,” kata dia.
Dalam satu tahun bisa 2-3 kali panen dan mulai menanam saat musim kemarau. Total 10 indukan anggur berhasil panen hingga 30 kg.
Tri mengatakan, tanam anggur di lahan terbatas tetap bisa optimal panen. Salah satu triknya adalah memberikan jarak pohon sekitar 2-3 meter.
“Meski di dalam pot anggur tetap bisa berbuah,” kata dia.
Dia memberikan tips untuk menyemprot air secara berkala yakni dua hari sekali. Perawatan sirkulasi udara dan sinar matahari untuk pertumbuhan.
“Jika cuaca ekstrem atau kemarau basah seperti sekarang ini membutuhkan penyemprotan fungisida ekstra,” kata dia. (*)