Sabtu, September 27, 2025

Bioteknologi Bisa Bantu Atasi Krisis Pangan

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Bioteknologi hadir guna memberikan kebermanfaatan dan kerinduan dapat diterapkan secara luas melalui pasar.

Industri saat ini tengah bergerak ke arah pengembangan makanan baru atau pangan baru. Pangan baru merujuk pada solusi alternatif dan berkelanjutan memenuhi kebutuhan konsumsi pangan di dunia.

Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada, Prof.Dr.Ir. Sri Raharjo menyebutkan, beberapa alasan menyebabkan konsumen memilih makanan baru.

“Konsumen mulai memilih panganan yang baik untuk kesehatan namun memiliki gizi tinggi, seperti rendah kolesterol dan tinggi protein,” kata Sri Raharjo.

Dia mengungkapkan dalam seminar bertajuk “ Catalyzing and Protecting Biotech Innovation for a Sustainable Future Protecting Creativity and Catalyzing Innovation in Conjunction with Future Deeptech Forum 2025” yang digelar di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Selasa (20/5).

Dia menerangkan, konsumen juga mencari tahap petualangan dengan jejak karbon lebih rendah. Selain itu, ada juga aspek etika menjadi keinginan konsumen. Seperti perlakuan lebih ramah terhadap hewan ternak.

Keterjangkauan dan harga juga menjadi salah satu faktor membuat konsumen mulai beralih ke pangan baru. Dia menyebutkan pasar pangan baru muncul sekarang seperti susu untuk lansia dan minuman berelektrolit.

PSPG UGM, sebut Raharjo, kini tengah fokus pada makanan dan suplemen berbasis probiotik yang tengah populer di kalangan konsumen di Indonesia.

PSPG UGM telah mengumpulkan strain probiotik dengan pengujian keamanan dan sesuai bagi sistem pencernaan masyarakat Indonesia serta memiliki manfaat kesehatan.

Pengembangan produk seperti Ken’s Pro merupakan minuman sereal berbasis tanaman probiotik. “Selanjutnya, PSPG UGM juga akan meluncurkan sejumlah produk probiotik lainnya yang bekerja sama dengan dunia industri,” harapnya.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Rantih Asmana Ningrum mengatakan, bioteknologi menjadi kunci utama dalam menyiapkan ketahanan pangan di ambang tantangan krisis iklim dan sumber daya.

“Bioteknologi ini adalah baris pertahanan terdepan kita yang bisa mengubah sains menjadi tameng dalam menghadapi krisis ke depan seperti pandemi,” tuturnya.

BRIN menjadi pusat sekaligus jembatan kolaborasi antara dunia riset dan penerapan bioteknologi di dunia industri. Rantih berpandangan bahwa BRIN dapat menjadi penggerak untuk menghasilkan inovasi dari laboratorium dan penerapan ke masyarakat luas.

“Nantinya, tujuan akhir BRIN adalah untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan ilmuwan-ilmuwan di Indonesia di bidang bioteknologi,” paparnya.

Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo mengatakan, pengembangan pangan baru melalui inovasi bioteknologi bisa menjadi jembatan kerja sama antara ilmuwan dan industri untuk membangun kolaborasi dan kerja sama kuat. (*)

Read more

Local News