Sabtu, September 27, 2025

BRIN: Lestarikan Etnomedisin melalui Digitalisasi Manuskrip

Share

PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut pengetahuan pengobatan tradisional berbasis pengetahuan lokal atau etnomedisin harus lestari melalui digitalisasi manuskrip.

“Pengobatan tradisional berbasis pengetahuan lokal atau etnomedisin, telah menjadi bagian penting dari budaya dan keseharian masyarakat Jawa sejak zaman dahulu,” kata Peneliti Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) BRIN, Suyami, melansir laman brin.go.id, belum lama ini.

Dia melanjutkan, pengetahuan ini tidak hanya warisan secara lisan melainkan terdokumentasikan dalam manuskrip kuno beraksara jawa. Namun begitu, sebagian besar manuskrip ini kini sulit untuk mengakses oleh masyarakat umum.

“Bahkan, ada yang hilang atau dipinjam oleh pihak tertentu tanpa dikembalikan,” kata dia.

Beberapa tantangan utama, kata dia, dalam pelestarian pengetahuan etnomedisin jawa. Seperti akses terhadap manuskrip terbatas, kurangnya kemampuan membaca aksara jawa di masyarakat. Di samping itu, hilangnya naskah-naskah penting karena tidak terarsipkan dengan baik dan ketidaktahuan generasi muda terhadap nama dan fungsi tanaman obat.

“Oleh sebab itu, perlu upaya serius seperti dokumentasi ulang dan digitalisasi manuskrip, kolaborasi antara peneliti, praktisi herbal, dan pelaku industri jamu,” kata dia.

Dia melanjutkan, pengembangan produk berbasis resep leluhur serta edukasi masyarakat mengenai tanaman obat di sekitar mereka.

Dia merinci beberapa manuskrip penting memuat pengetahuan tentang etnomedisin jawa. Meliputi Serat Primbon Racikan Jampi Jawi (empat jilid) merupakan koleksi Kraton Kasunanan Surakarta. Lalu, Serat Primbon Jampi Jawi (koleksi Mangkunegaran Surakarta) dan Serat Centhini (koleksi BPNB Yogyakarta).

Ada juga Serat Mumulya Sarira (koleksi Mangkunegaran Surakarta), Serat Chayatul Chewan (koleksi Museum Sanabudaya Yogyakarta). Tak lupa, Serat Pengobatan (koleksi Perpustakaan Nasional).

Dari manuskrip-manuskrip tersebut, Serat Primbon Racikan Jampi Jawi merupakan salah satu paling lengkap. Manuskrip tersebut memuat hingga 1.733 ramuan dengan 57 kelompok pengobatan tradisional.

“Tradisi pemanfaatan tanaman obat sangat hidup di masyarakat pada masa lalu. Namun, saat ini banyak generasi muda, bahkan di desa-desa, sudah tidak mengenali bahan-bahan tradisional karena tergantikan oleh obat modern dan produk jamu pabrik,” terang dia.

Meski demikian, kata dia, masih ada sebagian masyarakat tetap percaya kekuatan pengobatan tradisional seperti jamu cekokan untuk bayi. Hingga kini masyarakat masih ramai mencari.

“Kondisi ini menunjukkan bahwa pengobatan tradisional tidak sepenuhnya tergantikan, melainkan membutuhkan dukungan dari aspek literasi, edukasi, dan pelestarian,” terang dia.

Dia menegaskan, manuskrip-manuskrip jawa merupakan warisan intelektual tidak ternilai. Tersimpan pengetahuan pengobatan tradisional sangat lengkap, sistematis dan berpotensi besar berkembang di masa kini.

“Jika digali dan dikemas secara modern, pengetahuan ini bisa menjadi alternatif pengobatan murah dan alami,” kata dia.

Selain itu, lebih dekat dengan filosofi kesehatan masyarakat lokal.

Dia menilai, pelestarian etnomedisin bukan hanya tentang menjaga budaya, tetapi juga menjaga kemandirian bangsa dalam bidang kesehatan. (*)

Read more

Local News