PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut penggilingan padi kecil juga menjadi bagian dari tulang punggung industri perberasan nasional.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Tepat Guna Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ridwan Rachmat mengatakan, penggilingan padi merupakan proses fundamental dalam rantai produksi beras. Hal ini secara langsung mempengaruhi nilai gizi, mutu sensorik, dan nilai ekonomi dari produk akhir.
Menurt dia, saat ini terdapat sekitar 182.000 unit penggilingan padi di Indonesia, dan 94 persen merupakan skala kecil (PPK). Namun, data menunjukkan adanya penurunan jumlah penggilingan sebesar 6,81 persen pada periode 2012–2020, dari 182.199 menjadi 169.789 unit.
Penurunan paling tajam, kata dia, terjadi pada penggilingan besar yakni berkurang hampir setengahnya. Banyak unit PPK juga berhenti beroperasi permanen karena berkurangnya pasokan gabah dari petani, terutama di sentra produksi seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Salah satu persoalan utama adalah usia mesin telah mencapai lebih dari 15 tahun. Peralatan sudah usang serta variasi konfigurasi mesin tidak standar menyebabkan proses produksi tidak efisien, menghasilkan mutu beras rendah dan menurunkan nilai jual,” kata dia.
Selain itu, lanjut Ridwan, proses pengeringan gabah masih tradisional dengan cara penjemuran. Cara ini sangat bergantung pada cuaca dan sering kali menimbulkan susut hasil dan penurunan mutu Gabah Kering Giling (GKG).
“Keterbatasan teknologi dan sumber daya membuat banyak PPK tidak mampu bersaing. Akibatnya, mereka kalah dari penggilingan besar lebih modern,” kata dia.
Ridwan mengatakan, penerapan inovasi teknologi tepat guna (TTG) merupakan langkah strategis untuk memperkuat daya saing PPK. Inovasi TTG mampu menciptakan dampak ekonomi dan ekologis signifikan melalui tiga pendekatan utama.
Meliputi perbaikan proses produksi dan efisiensi energi, integrasi sistem pengeringan dan penggilingan. Di samping, pemanfaatan limbah sekam sebagai sumber energi dan bahan baku industri turunan.
Salah satu pengembangan inovasi unggulan adalah mesin tri rubber roll husker. Adalah alat pengupas kulit gabah menggunakan tiga roll karet berputar berlawanan arah untuk memisahkan sekam secara simultan.
Teknologi ini memberikan tekanan dan gesekan optimal, meningkatkan rendemen, dan menghasilkan beras pecah kulit dengan mutu lebih baik.
“Mesin ini dirancang dengan antarmuka sederhana sehingga mudah dioperasikan oleh tenaga kerja desa,” kata dia.
Selain itu, kata dia, biaya perawatannya rendah, sehingga sangat sesuai diterapkan di penggilingan padi kecil. (*)

