Senin, November 17, 2025

BRIN Teliti Bambu Sebagai Pengurai Limbah Tahu

Share

PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti penggunaan media bambu untuk mengurai senyawa organik terkadung di dalam limbah cair dari proses produksi tahu.

Peneliti dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) BRIN, Dewi Nilawati mengatakan, limbah cair dari proses produksi tahu diketahui memiliki kandungan organik tinggi serta bersifat asam.

“Dengan pH rendah (3,5–5,5) dan nilai COD dapat mencapai lebih dari 10.000 mg/L, limbah ini memiliki beban organik sangat tinggi, berpotensi mencemari sungai dan sulit terurai secara alami,” kata dia, melansir brin.go.id.

Dia mengatakan, limbah tahu di Pulau Jawa jumlahnya sangat besar, dan tanpa pengolahan akan membebani ekosistem perairan. Lulusan Doktoral di Jepang mengatakan, limbah cair tahu di Indonesia masih menjadi persoalan serius. Sebagai alternatif menawarkan teknologi Fixed Bed Reactor (FBR) dengan media bambu.

“Media bambu berfungsi sebagai tempat tumbuh biofilm mikroorganisme yang mampu menguraikan senyawa organik dalam kondisi anaerob,” kata dia.

Proses ini, kata dia, tidak hanya menurunkan beban organik limbah, tetapi juga menghasilkan biogas metana bisa bermanfaat sebagai sumber energi.

Menurutnya, hasil riset laboratorium menggunakan FBR satu tahap menunjukkan bahwa reaktor ini mampu beroperasi stabil tanpa penyesuaian pH, meskipun limbah bersifat asam. Produksi metana tertinggi pada beban organik 4,3 kg COD/m³·hari.

“Mikroba dominan penghasil metana dalam sistem ini adalah metanogen hidrogenotrofik, yaitu kelompok mikroba yang memanfaatkan hidrogen dan karbon dioksida untuk menghasilkan gas metana,” kata dia. Kelompok mikroba ini terbukti lebih tahan terhadap kondisi asam sehingga menjadi kunci utama pembentukan metana pada limbah cair tahu.

Dia menjelaskan, implementasi nyata teknologi FBR enam tahap telah di Sumedang. Sistem ini mampu menghasilkan biogas sekitar 74 m³ per hari, kemudian didistribusikan ke 91 rumah tangga untuk kebutuhan memasak.

Dewi menegaskan, limbah tidak selalu harus dipandang sebagai masalah. “Dengan penerapan teknologi sederhana seperti FBR berbasis bambu, limbah cair tahu dapat berubah menjadi sumber energi terbarukan bermanfaat,” kata dia. (*)

Read more

Local News