PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti teknologi cerdas mendukung hilirisasi dan peningkatan mutu komoditas kopi di Indonesia.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar mengungkapkan, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara penghasil kopi terbanyak di dunia. Hal ini semakin kuat dengan keanekaragaman variates dan cita rasa khas.
“Kopi bukan sekedar minuman namun sudah menjadi identitas budaya dan ekonomi bangsa Indonesia. Saat ini penikmat kopi tidak hanya dari kalangan tua tetapi sudah merambah ke anak muda,” kata dia mengutip laman brin.go.id, belum lama ini.
Menurut dia, kebijakan pemerintah di bidang pertanian dan industri mengarah kepada hilirisasi serta peningkatan nilai tambah lokal. Pemerintah telah merumuskan strategi untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar kopi global. Salah satu kunci untuk mendukung kebijakan tersebut adalah penguasaan teknologi dan peralatan pengolahan kopi.
“Sentuhan untuk meningkatkan nilai tambah, tentu teknologi dan inovasi ini sangat dibutuhkan dari proses pascapanen, pengeringan, roasting hingga diversifikasi produk turunan,” kata dia.
Dia melanjutkan, semuanya membutuhkan pendekatan teknologi yang tepat guna, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Kepala Pusat Riset Teknologi Manufaktur Peralatan (PRTMP) BRIN, Taufik Hidayat mengharapkan, kehadiran teknologi berdampak bagi masyarakat berupa peralatan dan beberapa data hasil berujung pada purnarupa.
Pihaknya berkontribusi dalam desain engineering, teknologi peralatan, proses manufaktur, dan validasi peralatan. Tujuannya pada teknologi tepat guna yang murah, efisien dan berdaya saing.
“Kami harus cepat menjawab permasalahan masyarakat, terutama untuk para petani, industri UMKM membutuhkan teknologi-teknologi,” kata dia.
Peneliti Ahli Utama PRTMP BRIN, Adnan memaparkan perkembangan riset teknologi peralatan komoditas kopi, beans to cup. Salah satu cara menjaga kualitas dan cita rasa kopi, yaitu dengan mengendalikan kadar air pada biji kopi.
“Syarat untuk green beans agar dapat bertahan di gudang yaitu memiliki kadar air sekitar 11,5 persen, ketika green beans memiliki kadang air 12 persen atau di bawah 8 persen maka akan bermasalah,” kata dia.
Kadar air dapat dengan menggunakan infrared spectroscopy, infrared ini dapat mendeteksi ikatan hydrogen.
Adnan juga menjelaskan riset teknologi pengolahan kopi yaitu fermentor berbasis ohmic heating. Aplikasi pada fermentasi kopi dengan metode pemanasan listrik termal. Pada metode ini listriknya dapat terkendali sehingga kecepatan fermentasi bisa terkontrol. Selain itu, bisa mendapatkan profil rasa diatur untuk special taste.
Selain itu, ia menerangkan sistem evaluasi biji kopi berbasis spectral sensor dan AI. Sistem ini mampu mengidentifikasi green beans (jenis dan indikasi geografis) dan tingkat sangrai kopi yang berkuantifikasi skala Agtron. Nilai Agtron menjadi basis kualifikasi tingkat sangrai ke dalam 8 tingkat sangrai kopi dan memiliki akurasi alat sampai 99 persen.
Adnan menambahkan PRTMP juga memiliki riset mesin sangrai kopi (tipe semi fluidized). Sistem utamanya dengan menggunakan aliran udara panas dengan pengaduk mekanis (screw) sehingga meungkinkan panas lebih cepat dan merata. Alat ini berfungsi meratakan kematangan biji kopi saat proses penyangraian. (*)

