Kamis, Oktober 2, 2025

Budidaya Ikan Hias, Kini Jadi Pilar Ekonomi Desa Gilangharjo

Share

PanenTalks, Bantul – Budidaya ikan hias ternyata bisa jadi pilar ekonomi desa. Kisah inspiratif Muhammad Gema Ramadhan, alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berbekal semangat memberdayakan potensi desa, Gema memilih jalur tak biasa yaitu menjadi penggiat budidaya ikan hias. Saat itu dia menjadi ketua kelompok pembudidaya ikan Mina Muda Sejahtera.

Anak muda berusia 28 ini tak hanya menghidupkan kembali potensi lokal. Dirinya juga menjadimotor penggerak ekonomi dan wisata berbasis ikan hias di desanya.

Semua berawal dari keprihatinan terhadap minimnya peran pemuda di sektor perikanan. Sebagai Ketua Pemuda Desa Gilangharjo, lulusan Ilmu Pemerintahan UMY ini mulai mendorong perubahan. Terlebih, desanya memiliki potensi besar di bidang budidaya ikan hias.

“Dari kecil saya pelihara ikan, tapi baru paham manfaat ekonominya setelah kuliah,” ujarnya.

Sejak itu, Gema bertekad mengajak anak muda di desanya untuk ikut mengembangkan potensi tersebut.

“Saya melihat aktivitas pemuda hanya monoton, tidak ada yang mengarah pada keberlanjutan ekonomi,” tambahnya.

Gema memulai langkah awalnya saat ia bersama BEM Fisipol UMY mengajukan proposal Program Hibah Bina Desa kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada 2016. Ternyata mereka berhasil mendapatkan pendanaan pada 2017. Dari situlah lahir kelompok budidaya ikan hias yang anggotanya anak-anak muda.

Desa Wisata Kajii

Tidak berhenti pada budidaya, Gema memikirkan strategi jangka panjang, yaitu mentransformasi budidaya ikan menjadi destinasi wisata. Melalui Kelompok Mina Muda Sejahtera, ia pun belajar mengelola festival ikan di berbagai daerah.

Bahkan dirinya mendapat kepercayaan menyelenggarakan event perikanan di Kabupaten Bantul. Hal ini menjadi cikal bakal terbentuknya Desa Wisata Kajii, yang berfokus pada wisata ikan hias.

“Nama Kajii saya ambil dari harapan agar Kadisoro nyawiji, bersatu. Dulu banyak konflik antarwarga. Saya ingin lewat desa wisata ini, warga bisa bersatu membangun desa. Alhamdulillah tahun 2021, saya mendapatkan SK Desa Wisata dan saya juga menjadi ketua pengelola desa wisata,” ungkapnya.

Di bawah kepemimpinannya, Desa Wisata Kajii tak hanya mengembangkan wisata, tetapi juga mengorkestrasi pertumbuhan ekonomi berbasis ikan hias.

Dengan empat pokdakan (kelompok pembudidaya ikan yang aktif), Gema menargetkan pertumbuhan minimal lima pokdakan baru setiap tahunnya. Ia juga sukses mengembangkan varietas baru ikan guppy bernama Red Cobra, yang kemudian terkenal luas di komunitas ikan hias nasional bahkan internasional.

Gema, saat menerima

Keberhasilan ini membawa Gema kerap mendapat undangan sebagai narasumber dan juri nasional untuk kontes ikan guppy. Produk ikan hias dari kelompoknya kini menjangkau pasar ekspor ke Asia, Eropa, hingga Timur Tengah, melalui kerja sama dengan perusahaan ternama, seperti PT.Qianhu Indonesia, CV. Leopard Aquatic Indonesia, dan CV.Tirta Mas Agung Abadi. Dengan detail pasarannya: 50 persen ke Asia, 30 persen ke Eropa, dan 20 persen ke Timur Tengah.

“Ini menunjukkan bahwa ikan hias itu menghasilkan dan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat,” andasnya.

Kelompok Mina Muda Sejahtera yang ia pimpin saat ini memiliki 25 anggota tetap dari masyarakat sekitar. Selain itu, ia juga mendirikan komunitas Bantul Fancy Guppy yang ia rintis dan telah menghimpun lebih dari 60 orang.

“Logo komunitas kami bahkan diambil dari ikan Red Cobra hasil silangan saya sendiri. Ini bentuk klaim bahwa ikan ini lahir dari Bantul,” ujar Gema bangga.

Mengelola Desa Wisata

Sebagai pelaku usaha sekaligus pengelola desa wisata, Gema juga aktif membuka ruang pembelajaran. Kelompoknya rutin menerima mahasiswa magang dari berbagai kampus, termasuk UMY, serta siswa dari SMK untuk pelatihan budidaya.

Meski berasal dari disiplin Ilmu Pemerintahan, Gema mengaku tetap dapat merelevansikan ilmu kuliahnya dalam membangun komunitas.

“Ilmu pemerintahan itu ada mata kuliah kewirausahaan, ilmu itu yang saya terapkan di sini. Selain itu, namanya kelompok masyarakat itu kan juga tidak lepas dari dukungan pemerintah, ilmu yang saya dapatkan di prodi Ilmu Pemerintahan UMY ini akhirnya bisa saya gunakan untuk berdiplomasi dengan masyarakat dan pemerintah setempat,” ceritanya lagi.

Lebih lanjut, menurutnya, sektor ikan hias tetap menjanjikan karena terus berkembang dan memiliki nilai hiburan. “Dari tahun 70-an, ikan hias sudah ada, sampai sekarang masih bertahan bahkan terus diminati. Apalagi anak muda sekarang suka sesuatu yang estetik dan tidak monoton,” terangnya.

Gema pun berharap semakin banyak pemuda, termasuk alumni UMY, yang terjun membangun desa melalui potensi yang ada di sekitar mereka.

“Jangan putus asa untuk membangun sebuah usaha. Harus yakin bahwa apa yang diusahakan itu akan besar dan menghasilkan untuk pribadi maupun generasi yang akan datang,” ujarnya.

“Jangan malas untuk melihat potensi di sekitar. Apa yang kita lihat itu kecil belum tentu itu menjadi sebuah hal yang kecil, karena ketika kita pelajari lebih dalam, ternyata itu bisa kita kembangkan menjadi hal yang lebih besar,” kata Gema memungkasi. (*)

Read more

Local News