Rabu, Juni 18, 2025

Bulog Catat Rekor Serapan Beras, Swasembada Pangan Kian Dekat

Share

PanenTalks, Jakarta – Perum Bulog mencatat lonjakan serapan beras yang luar biasa dalam tiga bulan pertama tahun 2025. Hingga Maret 2025, Bulog telah menyerap 725.513 ton beras dari petani, menjadikannya sebagai pencapaian tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk periode yang sama.

Angka ini meningkat lebih dari 2.000 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana serapan Bulog hanya sekitar 35.000 ton. Biasanya, Bulog membutuhkan waktu satu tahun penuh untuk menyerap satu juta ton beras. Namun, hanya dalam waktu tiga bulan, serapan Bulog kini sudah mendekati angka tersebut. 

Sementara, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lonjakan produksi beras nasional pada Januari-Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, naik 52,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Potensi luas panen padi pun meningkat menjadi 2,83 juta hektare. 

Bahkan, produksi beras Januari-April 2025 diperkirakan akan mencapai angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, dengan estimasi 13,95 juta ton padi—naik 25,99 persen atau 2,88 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. 

Di sisi lain, serapan gabah oleh Bulog per 28 Maret 2025 tercatat mencapai 725.513 ton setara beras, meningkat 2.243,09 persen dibandingkan tahun 2015 yang hanya 30.964 ton. Dibandingkan tahun lalu, lonjakan serapan gabah mencapai 1.970,53 persen dari angka sebelumnya yang hanya 35.040 ton. 

Peningkatan serapan ini tidak lepas dari kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah yang kini mencapai Rp6.500 per kilogram, tanpa rafaksi, sehingga Bulog wajib membeli gabah dalam kondisi apa pun. 

Selain itu, pemerintah mengalokasikan tambahan anggaran sebesar Rp16,6 triliun untuk Perum Bulog guna mempercepat proses penyerapan. 

Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produksi, salah satunya melalui program pompanisasi, yaitu pengaliran air menggunakan pompa untuk irigasi. 

Pada tahun 2024, kebijakan refocusing anggaran untuk pompanisasi berhasil meningkatkan produksi padi sebesar 1,49 juta ton, dengan nilai ekonomi mencapai Rp17,89 triliun selama Agustus–Desember 2024. Dalam program ini, sebanyak 62.378 unit pompa dan 9.904 unit irigasi perpompaan telah dialokasikan ke berbagai sentra produksi padi di Indonesia. 

Selain itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga mendorong kolaborasi erat antara Kementerian Pertanian, Perum Bulog, dan Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) guna menjaga ketahanan pangan nasional. Sinergi ini bertujuan untuk memastikan hasil panen petani terserap optimal, harga gabah stabil, dan kesejahteraan petani meningkat. 

Di sisi lain, Kementan juga terus berupaya memberantas mafia pangan dengan menindak tegas kasus pupuk palsu, mengawasi distribusi Minyakita, serta memantau langsung harga gabah di lapangan agar tetap menguntungkan petani. 

Dengan berbagai strategi dan kebijakan yang diterapkan, Kementerian Pertanian optimistis bahwa Indonesia semakin dekat dengan kemandirian pangan. Produksi dalam negeri dipastikan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Read more

Local News