PanenTalks, Yogyakarta – Masyarakat serta para wisatawan yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diminta meningkatkan kewaspadaan menyusul prakiraan cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta mengingatkan, potensi bencana hidrometeorologi dapat terjadi tidak hanya di kawasan pegunungan atau sungai, namun juga di wilayah perkotaan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menyampaikan bahwa tanda-tanda meningkatnya curah hujan sudah mulai terlihat sejak bulan Agustus.
“Sejak Agustus lalu hujan sudah turun dengan intensitas cukup lebat. Dampaknya terjadi beberapa kejadian, seperti rumah roboh, pohon tumbang, dan genangan air di sejumlah lokasi,” kata Nur Hidayat, Jumat, 19 September 2025.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, BPBD Kota Yogyakarta telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 100.3.4.4/1155, yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi transisi dari musim kemarau ke musim hujan, yang diprediksi terjadi pada bulan September hingga Oktober 2025.
Pemetaan kerentanan bencana juga telah diperbarui oleh BPBD di hampir seluruh kecamatan. Beberapa kawasan seperti bantaran Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong masuk dalam kategori berisiko tinggi terhadap banjir dan genangan. Selain itu, sejumlah titik di Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, dan Keraton juga dinilai rawan longsor.
Di sisi lain, ancaman pohon tumbang masih mengintai, terutama di jalur-jalur utama seperti Jalan Kusumanegara, Wahid Hasyim, dan Kyai Mojo.
“Maka untuk mengantisipasi dan meminimalisir dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang, masyarakat diimbau membersihkan selokan, saluran air, dan tidak membuang sampah sembarangan,” ujarnya.
Langkah antisipatif juga dilakukan oleh BPBD dengan memantau dan memperbaiki sistem drainase serta memperkuat talud di kawasan rawan longsor.
Dinas Lingkungan Hidup turut mempercepat proses pemangkasan pohon-pohon di area strategis guna mencegah tumbangnya pohon saat cuaca buruk melanda.
Sebanyak 26 unit Early Warning System (EWS) telah dipasang di titik-titik rawan sepanjang aliran Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong. Perangkat ini berfungsi untuk memberikan peringatan dini apabila debit air sungai mulai meningkat dan berpotensi meluap.
“Peralatan lain seperti sensor, perangkat evakuasi, hingga sarana pendukung di kampung-kampung itu juga terus dipantau kelayakannya,” katanya.
Lebih lanjut, Kota Yogyakarta saat ini memiliki 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang aktif menjalankan berbagai program mitigasi bencana seperti pelatihan kesiapsiagaan, simulasi evakuasi, dan penguatan kapasitas masyarakat.
BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun selalu siaga, serta hanya mengakses informasi resmi dari BMKG dan BPBD, guna mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat. Warga juga diingatkan agar segera menghubungi call center BPBD Kota Yogyakarta di nomor +62 811-2828-911 jika terjadi kondisi darurat.
“Dulu 169 kampung itu juga sudah kita bina dan diberikan edukasi terkait dengan penanggulangan bencana meliputi keterampilan penanggulangan, mitigasi ancaman bencana, jalur evakuasi baik swadaya maupun yang difasilitasi oleh BPBD,” ucapnya.(*)