PanenTalk, Denpasar– Sektor properti, khususnya bisnis kos-kosan rumahan, menunjukkan tren peningkatan yang signifikan di kawasan Denpasar dan Badung. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan menjadi pendorong utama geliat bisnis ini.
Lonjakan arus urbanisasi dari berbagai wilayah di Bali maupun luar pulau menjadi faktor krusial yang meningkatkan permintaan akan hunian sementara.
Kondisi ini menciptakan peluang emas bagi pengembangan properti kos-kosan, mulai dari skala kecil hingga besar, yang kini semakin mudah dijumpai.
Alih fungsi lahan kosong menjadi bangunan komersial, seperti rumah toko (ruko) dan rumah kos sewaan, menjadi pemandangan umum.
Tingginya permintaan terbukti dari pengalaman Eko, seorang pendatang dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang kesulitan mencari kamar kos di Denpasar akibat tingkat hunian yang tinggi.
“Saya sudah berkeliling di Denpasar, cari kos sulit sekali, rata-rata sudah terisi,” ujarnya. Bahkan, jika tersedia, harga sewa kamar kos di Denpasar tergolong premium, berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per bulan.
Keterbatasan pilihan memaksa Eko untuk mencari alternatif hunian di kawasan pinggiran Denpasar, tepatnya di Tabanan, yang berjarak sekitar 21 kilometer dari pusat kota.
Potensi bisnis kos-kosan yang menjanjikan ini turut diamini oleh Gunawan, seorang pengusaha kos dengan sembilan kamar di kawasan Jalan Cargo, Denpasar.
“Tidak pernah kosong kamar, selalu terisi,” ungkapnya.
Optimisme terhadap prospek bisnis ini mendorong Gunawan yang berencana memperluas usahanya dengan menyewa lahan dan membangun kamar kos baru guna memenuhi kebutuhan hunian di wilayah metropolitan Denpasar.
Meskipun harga sewa per bulan dipatok sebesar Rp1,5 juta, tingkat okupansi kamar kos milik Gunawan, tetap terjaga 100%.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa bisnis kos-kosan di Denpasar dan sekitarnya memiliki daya tarik investasi yang kuat seiring dengan dinamika pertumbuhan ekonomi dan mobilitas penduduk. (*)