Kamis, Juni 19, 2025

Dorong IKM Furnitur Tembus Pasar Timur Tengah

Share

PanenTalks, Jakarta — Kementerian Perindustrian mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor furnitur untuk memperluas jangkauan pasar mereka, termasuk menembus pasar ekspor non-tradisional seperti Timur Tengah. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat daya saing industri furnitur nasional di tengah dinamika ekonomi global.

“Kita harus melihat situasi ini bukan hanya sebagai tantangan, tetapi juga peluang. Kawasan Timur Tengah menawarkan potensi besar dengan preferensi konsumen yang terus berkembang. Industri kita harus siap bersaing, baik dari sisi kualitas produk, desain, standardisasi, sertifikasi, maupun kapasitas ekspor,” kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugroho, dalam talkshow daring Global Furniture Market 2025, beberapa waktu lalu.

Talkshow ini mengangkat tema “Strategic Issues and New Market Potential, Middle East Edition” dan khusus ditujukan bagi pelaku IKM furnitur. Acara ini diselenggarakan oleh Kemenperin bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO).

Bayu menjelaskan bahwa nilai impor produk furnitur (kode HS 9401–9403) di negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) pada 2024 mencapai USD4,71 miliar. Namun, furnitur Indonesia baru menguasai 0,61 persen pasar tersebut, atau sekitar USD29,1 juta.

“Ini adalah pangsa yang kecil, padahal kita punya potensi besar. Kita memiliki keunggulan bahan baku, teknik produksi yang khas, dan identitas desain. Kini saatnya kita memperluas pasar ke wilayah seperti Timur Tengah yang memiliki permintaan tinggi,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita mengatakan bahwa kegiatan edukatif seperti talkshow ini penting untuk memperkuat kesiapan IKM menghadapi tantangan global.

“Edukasi ini juga memberikan informasi tentang peluang pasar di kawasan Timur Tengah yang dinilai sangat potensial bagi produk furnitur Indonesia,” kata Reni dalam keterangan resmi, Minggu (4/5).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor furnitur Indonesia pada 2024 mencapai USD1,91 miliar, naik 3,24 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka USD1,85 miliar. Namun, Reni menekankan pentingnya peningkatan daya saing agar pelaku furnitur lokal bisa menguasai pasar dalam negeri dan bersaing dengan produk impor.

“Kita harus siapkan pelaku industri furnitur agar bisa mendominasi pasar domestik dan juga menembus pasar internasional,” ujarnya.

Sebagai upaya nyata, Kemenperin telah melaksanakan berbagai program, seperti fasilitasi partisipasi dalam pameran internasional, pendampingan ekspor, hingga pembukaan akses pasar melalui pengadaan pemerintah dan platform marketplace.

“Kondisi saat ini harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk menciptakan pasar baru yang lebih berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan industri furnitur kita dalam jangka panjang,” tutup Bayu.

Talkshow ini diharapkan menjadi langkah konkret untuk mendorong IKM furnitur mengambil posisi strategis di pasar global, terutama di kawasan Timur Tengah yang menjanjikan potensi besar di masa mendatang.

Read more

Local News