PanenTalks, Yogyakarta – Di sudut-sudut kota hingga pelosok desa, UMKM menjadi napas bagi perekonomian bangsa. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Layaknya pelari di lintasan yang penuh rintangan, banyak UMKM berjalan sendiri tanpa pendamping, beberapa tertatih dan jatuh, sementara yang lainnya perlahan menaklukkan pasar.
Edy SR adalah salah satu dari sedikit sosok yang berani mengambil jalur sunyi: menjadi pendamping bagi UMKM.
Lewat BrandPreneur Coaching, ia mengabdikan lebih dari 15 tahun hidupnya, tak kenal lelah berpindah dari satu kota ke kota lain, menyebarkan semangat dan ilmunya. Tujuannya satu: membantu UMKM membangun identitas brand yang kuat.
“Banyak produk UMKM sebenarnya layak bersaing di pasar nasional, bahkan global. Namun, mereka sering kali terjebak hanya pada produksi, melupakan peran branding,” ujar Edy penuh semangat.
Baginya, produk adalah entitas fisik yang terlihat di pabrik dan toko, sedangkan brand adalah persepsi, hidup di benak konsumen. Dan di dunia yang penuh pilihan, konsumen memilih berdasarkan brand yang sudah melekat di pikirannya.
Untuk mengatasi kompleksitas branding, Edy menciptakan konsep sederhana yang disebut VVE—Verbal, Visual, dan Experience. “Brand dibangun melalui cerita yang kuat, visual yang unik, dan pengalaman konsumen yang tak terlupakan,” jelasnya.
Jika ketiga aspek ini digarap secara konsisten, dampaknya luar biasa, dari pembelian berulang hingga lahirnya evangelis yang membela brand dengan sepenuh hati.
Tak hanya memberikan pelatihan melalui lembaga pemerintah, Edy juga menjadi penyelamat bagi UMKM yang nyaris kehilangan arah.
Salah satunya adalah Biyantie, produk tas wanita yang berawal dari konsep seadanya hingga kini menjelma menjadi brand nasional dengan komunitas penggemar yang setia.
Edy percaya bahwa dengan komitmen dan strategi yang tepat, UMKM dapat mencapai level tertinggi. “Tidak mudah, tetapi sangat mungkin,” ujarnya dengan penuh keyakinan. (*)