PanenTalks, Jakarta-Sampah telah menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di abad ke-21. Menurut laporan Global Waste Management Outlook 2024 yang dirilis oleh Program Lingkungan PBB (UNEP), produksi sampah padat perkotaan secara global mencapai 2,1 miliar ton pada tahun 2023 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 3,8 miliar ton pada tahun 2050 jika tidak ada intervensi signifikan.
Hanya sekitar 19% dari sampah tersebut yang didaur ulang, sementara 38% dibuang secara tidak aman melalui pembakaran terbuka atau pembuangan sembarangan, yang berkontribusi pada polusi, perubahan iklim, dan kerusakan kesehatan masyarakat.
Namun, di tengah krisis ini, beberapa negara telah menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan bukanlah hal yang mustahil. Berikut adalah negara-negara dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di tahun 2024.
Jerman: Pemimpin Daur Ulang Global
Jerman mempertahankan posisinya sebagai negara dengan tingkat daur ulang tertinggi di dunia, mencapai 71,1% pada tahun 201. Sistem “Pfand” atau deposit botol mendorong masyarakat untuk mengembalikan botol plastik dan kaca untuk didaur ulang, dengan tingkat pengembalian melebihi 9%.
Korea Selatan: Teknologi dan Inovasi dalam Pengelolaan Sampah
Korea Selatan menerapkan sistem “pay-as-you-throw” (PAYT), di mana warga membayar sesuai dengan volume sampah non-daur ulang yang mereka hasilkan. Negara ini juga menginvestasikan teknologi canggih dalam pengolahan sampah, termasuk produksi biogas dan kompos.
Swedia: Dari Sampah Menjadi Energi
Swedia telah mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang efisien, dengan lebih dari 99% sampah domestik dan industri didaur ulang atau digunakan untuk menghasilkan energi. Sejak 2010, Swedia bahkan mengimpor sampah dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya.
Swiss: Prinsip “Polluter Pays” yang fektif
Swiss menerapkan prinsip “polluter pays”, di mana warga dikenakan biaya berdasarkan jumlah sampah yang mereka hasilkan. Kebijakan ini telah mendorong tingkat daur ulang mencapai 54%, jauh di atas rata-rata Eropa.
Jepang: Budaya “Mottainai” dan Pengelolaan Sampah yang Teliti
Budaya “mottainai” di Jepang, yang berarti menghindari pemborosan, tercermin dalam sistem pemilahan sampah yang sangat rinci.Kota Kamikatsu, misalnya, telah mencapai tingkat daur ulang sekitar 80%.
Belanda: Menuju Ekonomi Sirkular
Belanda fokus pada praktik ekonomi sirkular, dengan target mendaur ulang 75% sampah rumah tangga pada tahun 2025. Inisiatif seperti toko tanpa limbah dan program kompos skala besar menunjukkan komitmen negara ini terhadap keberlanjutan.
Kesuksesan negara-negara ini dalam mengelola sampah menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat, teknologi inovatif, dan partisipasi masyarakat, tantangan sampah global dapat diatasi. Indonesia dan negara-negara lain dapat belajar dari praktik terbaik ini untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dan efektif.