Sabtu, September 27, 2025

Festival Bhumi Atsanti, Perayaan Keberagaman dan Budaya

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Festival Bhumi Atsanti (FBA) kembali hadir tahun ini untuk menyatukan semangat budaya dalam perhelatan keempat di kawasan Bumi Segoro, Borobudur, Jawa Tengah, 1-3 Agustus 2025.

Yayasan Atma Nusvantara Jati (Atsanti Foundation) menginisiasi festival yang mengangkat tema Manunggaling KARSA. Ini sebagai simbol perayaan keberagaman, kolaborasi lintas daerah, dan pelestarian budaya melalui seni.

Ketua Yayasan Atsanti Foundation, MF Nilo Wardhani, menyampaikan penyelenggaraan FBA IV tahun ini tidak lepas dari tantangan, terutama kondisi ekonomi. Namun semangat gotong royong menjadi kekuatan utama untuk tetap menyelenggarakan festival.

“Kami memulai FBA keempat ini dengan rasa berdebar dari sebelumnya. Kenapa? Karena ini di tengah isu efisiensi, kondisi ekonomi yang tidak karuan,” kata Nilo saat konferensi pers di Yogyakarta, Senin, 28 Juli 2025.

“Tetapi kami sudah bertekad. Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu ini, kami berusaha menjaga kesinambungan,” ujar Dhani, sapaannya.

Ruang Srawung Budaya

Menurut Dhani, gelaran FBA bukan hanya soal pertunjukan seni, tetapi telah menjelma menjadi ruang srawung budaya. Ini memperkuat jalinan antara komunitas, pelaku seni, dan masyarakat. Ia menegaskan pentingnya kerja kolektif untuk mengangkat budaya sebagai identitas bangsa.

“Ada isu gotong royong yang kami angkat. Menyatukan kehendak dan semangat untuk bisa membuat kebudayaan Indonesia itu menjadi kebanggaan kita. Dan hal ini tidak bisa dilakukan sendiri,” ujarnya.

Tidak kurang 350 seniman dari 20 kelompok seni bakal meramaikan FBA IV. Para peserta berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari Jawa, tetapi juga Kalimantan, Lampung, hingga Jakarta. Dhani menilai keragaman ini memperkaya ruang pertemuan budaya yang ada.

“Kami menghadirkan teman-teman dari luar Jawa. Ini jadi ruang untuk saling belajar seni dan kebudayaan dari masing-masing daerah. Selain Kalimantan, ada dari Lampung, kemudian Jakarta, Wonogiri, Yogyakarta dan masih banyak lagi,” ucapnya.

Agenda utama festival ini mencakup berbagai program, mulai dari Senam Kreasi Budaya hingga Pasar Bumi—sebuah ruang bagi pelaku UMKM untuk menampilkan kerajinan lokal dari Borobudur dan wilayah lain. FBA IV juga memperkenalkan program baru bernama Pasar Buku, yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan literasi.

“Kami ingin turut bisa berperan meningkatkan minat baca dan literasi khususnya bagi teman-teman di kawasan Borobudur dan sekitarnya. Ada juga kegiatan workshop kepenulisan,” ujar Dhani.

Pasar Buku

Sementara, Gita selaku Manager Bhumi Atsanti menyatakan Pasar Buku menjadi inovasi yang membedakan edisi tahun ini dari festival sebelumnya.

“Pasar buku ini menjadi agenda baru di Festival Bhumi Atsanti ini. Sebelumnya kami belum pernah mengadakan. Kami ingin mencoba sesuatu yang baru,” kata Gita.

Festival ini juga menjadi ruang ekspresi bagi komunitas lokal, seperti Sanggar Seni Lemah Urip. Komunitas ini akan tampil untuk pertama kalinya dalam FBA. Mereka membawakan pertunjukan yang mengangkat kisah tentang tradisi gerabah dari desa mereka.

“Ini adalah pengalaman yang baru untuk tampil dan mengisi di Festival Bhumi Atsanti. Kami berterima kasih karena bisa ikut untuk belajar bersama,” ujar Jepe, Ketua Sanggar Seni Lemah Urip.

“Kami adalah komunitas yang kecil tapi melibatkan banyak anak. Festival Bhumi Atsanti ini menjadi laboratorium buat kami,” katanya lagi.

Mereka akan menampilkan sebuah tarian yang menceritakan asal-usul gerabah dan kaitannya dengan warisan Candi Borobudur.

“Kami membawakan sebuah tarian yang menceritakan bagaimana gerabah bisa ada di kampung kami. Karena memang magnet utamanya Candi Borobudur. Di sana ada berbagai relief, salah satunya tentang kerajinan membuat gerabah,” tuturnya.

Festival Bhumi Atsanti IV hadir bukan sekadar perayaan seni. Festival tersebut merupakan bentuk nyata kolaborasi lintas komunitas. Kegiatan ini juga menghidupkan budaya dengan semangat gotong royong dan inovasi, membawa nilai budaya ke ruang yang lebih luas dan inklusif. (*)

Read more

Local News