PanenTalks, Sleman – Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Festival Karawitan dan Bazar Nusantara di selasar fakultas. Kegiatan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-58 ini tidak hanya menjadi ajang seni dan budaya, tetapi juga sebagai bentuk nyata komitmen UGM dalam menjaga dan merawat tradisi Nusantara.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Sartini, menjelaskan festival ini lahir dari keprihatinan terhadap semakin jarang masyarakat memainkan gamelan. Meski demikian dia juga mengakui bila minat terhadap karawitan di Yogyakarta masih tergolong tinggi.
“Kami ingin mengangkat seni gamelan ini melalui kegiatan festival,” ujar Sartini.
Peserta Alami Peningkatan
Antusiasme terhadap acara ini tampak dari jumlah peserta yang terus meningkat. Tahun ini, sebanyak 51 grup karawitan tampil, yang terdiri atas 27 grup internal UGM dan 24 grup dari luar kampus.
Festival ini telah menjadi agenda tahunan sejak 2017 meski sempat vakum dua tahun akibat pandemi. Selain pertunjukan seni, ada bazar kuliner serta produk UMKM dari Yogyakarta, Bantul, dan Sleman yang turut memeriahkan festival.
Dekan Fakultas Filsafat, Prof. Siti Murtiningsih, menyampaikan festival ini merupakan tradisi tahunan yang mewakili identitas fakultas. Ia berharap keberadaannya dapat menjadi ruang pembelajaran bagi masyarakat luas.
“Filsafat dan karawitan sekilas tampak berbeda. Namun keduanya sama-sama mengajarkan perenungan, yakni filsafat membangkitkan akal, sementara karawitan membangkitkan rasa,” ujarnya.
Dukungan dari Pemda DIY
Dukungan untuk festival juga datang dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi melalui perwakilannya Padmono Anggoro Prasetya memberikan apresiasi atas upaya pelestarian budaya ini.
Ia menegaskan pentingnya memahami gamelan bukan hanya sebagai bentuk seni, tetapi juga sebagai simbol nilai kehidupan.
“Gamelan mengajarkan nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong royong, serta hubungan harmonis dengan alam dan sesama,” kata Padmono.
Ia menambahkan budaya tidak boleh hanya dilihat sebagai peninggalan, tapi juga sebagai bagian penting dari kehidupan masa kini.
Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro secara resmi membuka acara melalui pemukulan gong. Dalam sambutannya, ia menyoroti pentingnya seni dalam proses pembentukan karakter mahasiswa.
IPK tinggi memang penting. Tetapi untuk sukses di masa depan, mahasiswa perlu mengasah kesehatan psikis, kemampuan sosial, dan koneksi budaya,” ucapnya.
Penampilan Tari Golek Ayun-Ayun oleh mahasiswa Fakultas Filsafat mengawali festival. Tarian itu mengisahkan semangat seorang gadis muda dalam pencarian jati diri.
Penampilan ini mencerminkan semangat dan nilai yang diusung dalam pelaksanaan festival: refleksi, eksplorasi, dan pelestarian budaya lokal.
Dengan animo peserta dan pengunjung yang terus meningkat, Festival Karawitan UGM menunjukkan pelestarian budaya bisa hidup berdampingan dengan dunia akademik. Dan ini menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter generasi muda. (*)