Rabu, Juni 18, 2025

Festival Mlangi: Revitalisasi Aksara Pegon dalam Era Digital

Share

PanenTalks, Sleman – Festival Mlangi bukan sekadar upaya pelestarian budaya, tetapi sebagai ruang menciptakan makna baru dalam menghadapi tantangan zaman seperti pelestarian budaya aksara Pegon yang harus dilihat sebagai proses transformasi aktif, bukan sekadar konservasi yang statis.

Di tengah perkembangan komunikasi digital yang begitu pesat, aksara Pegon, mulai terpinggirkan. Penggunaannya kini semakin terbatas, padahal ia memiliki peran penting dalam warisan budaya.

Aksara Pegon adalah sistem penulisan yang digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menuliskan bahasa Jawa dengan menggunakan huruf Arab. Pegon sering digunakan dalam konteks keagamaan, terutama untuk menulis teks-teks Islam, seperti kitab-kitab agama, doa, atau ajaran pesantren.

“Aksara Pegon bukan hanya sebagai alat tulis, tetapi juga merupakan jembatan dalam penyebaran ajaran Keislaman di kalangan masyarakat Jawa, melalui karya-karya pesantren dan tradisi keagamaan,” ujar Sekda DIY, Beny Suharsono, saat membuka Festival Mlangi pada Rabu (07/05) di Lapangan Yayasan Nur Iman, Mlangi Sleman.

Beny menambahkan, Festival Mlangi bukan sekadar upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai ruang untuk menciptakan makna baru dalam menghadapi tantangan zaman. Pelestarian budaya aksara Pegon harus dilihat sebagai proses transformasi aktif, bukan sekadar konservasi yang statis.

Ia berharap festival ini bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan aksara kuno ini kepada generasi muda, melalui pendekatan yang edukatif dan kreatif.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Kurniawan, mengatakan, acara ini lahir dari kepedulian bersama terhadap kekayaan aksara yang tumbuh di kehidupan yang akan datang.

“Aksara Pegon bukan hanya sebuah sistem tulisan, tetapi juga menjadi jembatan sejarah ilmu dan nilai-nilai keagamaan yang telah lama hidup di tengah masyarakat kami,” tuturnya. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News