Jumat, Oktober 3, 2025

Fitobiotik Solusi Produk Ternak Bebas Antibiotik

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Produk ternak menyehatkan menjadi tantangan dalam mengembangkan sektor peternakan.

Para peneliti mendapat tantangan menghadirkan produk pangan dari ternak sehat, bebas antibiotik dan ramah lingkungan memenuhi animal welfare (kesejahteraan hewan).

“Antibiotik membuat ternak resisten terhadap obat-obatan,” kata Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Chusnul Hanim, M.Si.,IPM., ASEAN Eng., dalam pidato pengukuhan Guru Besar di Balai Senat UGM, Selasa 10 Juni 2025.

Dia menilai, Fitobiotik mampu dijadikan sebagai antibiotic growth promoters replacer (pengganti antibiotik).

Pasalnya, senyawa metabolit sekunder dari tanaman menyumbang keuntungan. Dari segi kesehatan dan dapat bermanfaat sebagai obat, insektisida, herbisida dan feed additive pada pakan ternak.

Terlebih, kata dia, pelarangan penggunaan antibiotik pada hewan ternak juga menjadi faktor melonjaknya penggunaan fitobiotik sebagai substitusi.

Pidato pengukuhan berjudul “Fitobiotik dan Aplikasinya untuk Peternakan Masa Depan: Produktivitas, Kualitas Produk Hasil Ternak, dan Emisi Metan”.

Dia memaparkan, pemberian fitobiotik pada pakan ternak. Penggunaan bisa menambahkan dalam pakan ayam petelur sehingga warna kuning telurnya semakin meningkat.

Lalu pada ayam pedaging, pemberian pakan dengan kadar protein lebih rendah 2 persen. Selain itu, penambahan premix herbal fungsional mengandung fitobiotik mampu menghasilkan performa produksi ayam pedaging menyamai pemberian pakan komersial dengan kadar protein pakan normal.

“Adanya premix herbal fitobiotik mampu berperan sebagai antioksidan, meskipun pakan mengandung protein lebih rendah,” tuturnya.

Dari segi animal welfare, perlakuan ini mampu menurunkan stress oksidatif pada ayam dengan terjadinya peningkatan aktivitas enzim antioksidan.

Sedangkan berdasarkan aspek lingkungan, pemberian pakan rendah protein dengan penambahan premix herbal. Hal ini mampu menurunkan pH dan kadar Amonia litter sehingga mereduksi emisi amonia dalam kandang. Alhasil, dapat mempengaruhi kesehatan ayam dan manusia.

Selain itu, industri peternakan berhadapan pada isu lingkungan. Seperti kontribusinya terhadap tingkat carbon footprint menjadi faktor krusial pemanasan global. 

Carbon footprint adalah total emisi dari greenhouse gas, meliputi karbon dioksida (CO2), metan (CH4), dan nitrogen oksida (N2O). Guna mengatasi permasalahan tersebut, perlu peningkatan fermentasi dalam rumen. Melalui strategi pemberian pakan dan penggunaan aditif bahan anti metanogenik untuk menurunkan emisi metana dari ternak ruminansia.

“Kemampuan menurunkan emisi metan dari ternak ruminansia ini juga dimiliki oleh fitobiotik,” paparnya.

Pengembangan aditif pakan fitobiotik pada pakan ternak memiliki berbagai manfaat dalam usaha ternak baik golongan ruminansia dan nonruminansia.

Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UGM Prof Baiquni menyebutkan, Prof. Chusnul Hanim merupakan salah satu guru besar bidang Biokimia Nutrisi Ternak.

Ia termasuk termasuk dalam daftar 532 Guru Besar aktif di UGM dan termasuk 26 guru besar aktif dari 52 Guru Besar menjadi bagian Fakultas Peternakan. (*)

Editor : Hendrati Hapsari

Read more

Local News