PanenTalks, Yogyakarta – Aroma dupa dan gema gamelan memenuhi udara Yogyakarta, mengiringi kembalinya perhelatan akbar Garebeg Besar, sebuah tradisi budaya tahunan yang tak lekang dimakan zaman.
Digelar dalam rangka memperingati Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah (Je 1958), prosesi sakral ini kembali menegaskan eratnya tali persatuan antara Keraton Yogyakarta, pemerintah daerah, dan seluruh lapisan masyarakat.
Puncak acara berlangsung syahdu pada Sabtu (7/6/2025), saat arak-arakan gunungan—lambang rasa syukur dan sedekah raja kepada rakyatnya—dibagikan di berbagai penjuru kota.

Dari Pura Pakualaman hingga Kepatihan, dan tak ketinggalan Masjid Gedhe Kauman, ribuan pasang mata menanti dengan antusias, berharap dapat ngalap berkah dari limpahan rezeki yang disimbolkan oleh tumpukan hasil bumi tersebut.
Salah satu gunungan yang paling dinanti adalah yang secara khusus diantarkan oleh Utusan Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Pura Pakualaman.
Bukan sekadar arak-arakan biasa, prosesi ini diwarnai dengan iringan empat ekor gajah yang gagah, dikawal ketat oleh Prajurit Dragunder dan Plangkir dari Kadipaten Pakualaman, menciptakan pemandangan yang megah dan memukau.

Setibanya di halaman Pura Pakualaman, gunungan diterima langsung oleh perwakilan Kadipaten. Momen haru terjadi saat secara simbolis gunungan diserahkan kepada Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, yang kemudian mengambil ubarampe pertama.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang melestarikan budaya? Harapan kami, masyarakat ikut menjaga tradisi ini. Yang menerima ubarampe gunungan juga ikut ngalap berkah,” tutur Gusti Putri dengan penuh harap usai prosesi, menegaskan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga warisan adiluhung ini.
Garebeg Besar Iduladha 2025 bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, melainkan juga sebuah pagelaran budaya yang sarat makna, mengingatkan kita akan kekayaan tradisi dan kuatnya ikatan antara pemimpin dan rakyat di Bumi Mataram

Satu gunungan khusus diantarkan oleh Utusan Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Pura Pakualaman, dengan iringan empat ekor gajah serta kawalan Prajurit Dragunder dan Plangkir dari Kadipaten Pakualaman. Di halaman Pura, gunungan diterima langsung oleh perwakilan Kadipaten dan diserahkan secara simbolis kepada GKBRAA Paku Alam, yang kemudian mengambil ubarampe pertama sebagai bentuk ngalap berkah dari bumi Mataram.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang melestarikan budaya? Harapan kami, masyarakat ikut menjaga tradisi ini. Yang menerima ubarampe gunungan juga ikut ngalap berkah,” ujar Gusti Putri dalam keterangan usai prosesi.
Setelah Gusti Putri beserta keluarga besar Kadipaten Pakualaman mengambil ubarampe gunungan, gunungan pun dibawa menuju Alun-Alun Pura Pakualaman untuk dibagikan kepada masyarakat yang telah menanti dengan penuh antusias.
Kurang dari semenit, gunungan Garebeg Besar ini habis tak bersisa. Ni Kadek Ayu Alvina Damayanti, mahasiswi UGM asal Kediri menjadi salah satu yang mendapatkan ubarampe gunungan. Ni Kadek Ayu mengaku dirinya baru pertama kali ini mengikuti prosesi garebeg.
“Tertarik ikut karena ingin menyaksikan, kayaknya seru ya. Kata orang-orang kan ngalap berkah juga,” ucap Ni Kadek Ayu.
Editor : Rahmat