PanenTalks, Jakarta-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri batik untuk memperluas pasar dengan menyasar generasi muda, khususnya Gen Z. Segmen ini dinilai potensial seiring meningkatnya kesadaran akan nilai budaya, tren fesyen beridentitas lokal, dan dukungan terhadap produk dalam negeri.
“Batik sudah diminati oleh Gen Z karena sesuai dengan karakter generasi muda yang kreatif, menyukai orisinalitas, makna, dan peka terhadap isu sosial dan lingkungan. Kecintaan generasi muda terhadap batik ini perlu kita maksimalkan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, dalam keterangan resminya, Sabtu (2/8).
Reni menjelaskan, Gen Z yang akrab dengan teknologi dan media sosial akan mendukung perkembangan industri batik, terutama jika produk menyesuaikan selera dan tren masa kini. “Kalau sudah cinta dan peduli dengan brand batik tertentu, mereka akan aktif memviralkan batik tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, strategi ini akan membentuk citra positif, memperluas pasar, meningkatkan penjualan, dan mendukung pelestarian batik. Untuk itu, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) mendampingi IKM batik agar adaptif melihat tren pasar.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Ditjen IKMA dan YBI menggelar webinar “Batik Untuk Gen Z: Tradisi Menjawab Tren” pada 24 Juli 2025, menghadirkan narasumber dari dunia pendidikan, desainer, dan pelaku IKM batik. Kegiatan ini menjadi rangkaian acara Gelar Batik Nusantara (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) 2025.
Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan Kemenperin, Budi Setiawan, menegaskan pentingnya memahami preferensi batik Gen Z yang mengutamakan desain menarik dan storytelling yang kuat. Ketua YBI, Gita Pratama, menambahkan bahwa Gen Z juga dapat menjadi kolaborator pelestarian batik. “Kami melihat Gen Z sebagai mitra potensial dalam membangun ekosistem batik masa depan,” pungkasnya.