PanenTalks, Gunungkidul – Ratusan warga membanjiri Telaga Klepeng di Padukuhan Bendogede, Kalurahan Sumbergiri, Kapanewon Ponjong pada Minggu (22/6) kemarin, dalam sebuah perhelatan akbar: Tradisi Grobyak Telaga. Tak hanya warga dari tiga padukuhan Bendogede 1, Bendogede 2, dan Mendak, gelombang antusiasme ini juga menyebar hingga menarik masyarakat dari berbagai penjuru Gunungkidul.
Perhelatan sakral ini dibuka dengan tarian dan kenduri, sebuah persembahan syukur mendalam masyarakat kepada alam yang telah memberikan berkah. Setelah itu, momen yang ditunggu tiba. Dengan semangat membara, peserta serentak terjun ke telaga.
Berbekal alat tradisional seperti anco (serok besar berganggang panjang) dan pecak (serok kecil), mereka berlomba-lomba menangkap ikan air tawar hasil budidaya panitia, termasuk 15 ekor ikan maskot yang menjadi buruan utama, menambah semarak perburuan.
“Alhamdulillah, Grobyak massal bisa terlaksana dengan lancar,” ujar Zainal, Ketua Panitia Grobyak Telaga, dengan wajah berseri. Ia menekankan bahwa kelestarian Telaga Klepeng tak lepas dari kuatnya ikatan tradisi ini. “Telaga Klepeng ini masih lestari sampai sekarang karena tradisi seperti ini terus dijaga,” tambahnya.
Zainal menjelaskan, Grobyak bukan sekadar ajang panen bersama. Lebih dari itu, ini adalah bagian tak terpisahkan dari siklus pelestarian dan pembudidayaan ikan air tawar oleh warga. “Ini juga jadi cara menjaga kebersihan dan keberlangsungan telaga,” tegasnya, menunjukkan kearifan lokal yang patut diacungi jempol.
Antusiasme warga benar-benar tak terbendung. Mulai dari anak-anak yang riang, hingga para orang tua yang gigih, laki-laki dan perempuan, semuanya tumpah ruah ke telaga dengan semangat dan keceriaan yang menular. Meski biasanya Grobyak diselenggarakan di akhir Juli atau Agustus, gelaran tahun ini terasa istimewa karena mendapatkan dukungan langsung dari pemerintah kabupaten.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia memuji kekompakan dan kemandirian warga dalam melestarikan tradisi luhur ini, sebuah bukti nyata bahwa kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya dapat menjaga warisan leluhur tetap hidup dan lestari
“Ini budaya yang sudah puluhan tahun dijaga. Warganya sudah siap, punya alat sendiri, dan sangat partisipatif. Maka kami berkomitmen menjadikannya kalender event resmi Gunungkidul,” ujarnya.
Bupati menilai Grobyak Telaga bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang berkelanjutan, dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan kelestarian alam.
“Harapannya ke depan, kalau ada pengunjung dari luar yang ingin ikut, bisa kami fasilitasi. Bisa sewa alat, bahkan beli dan hibahkan ke warga. Alatnya sederhana, hanya Rp150 ribu dan bisa bertahan lima tahun,” jelasnya.
Bupati juga menekankan bahwa budaya merawat alam adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri.
“Ini bukan hanya soal seni budaya, tapi juga budaya menjaga sumber daya alam. Kita masuk ke telaga menginjak injak lumpur tadi, itu bagian dari revitalisasi telaga. Cara yang menyenangkan untuk merawat lingkungan,” ujar Endah.
Grobyak Telaga Bendogede 2025 pun ditutup dengan penuh suka cita. Suasana kegembiraan menyelimuti seluruh peserta, mulai dari warga hingga Bupati dan para kepala OPD, yang turut merasakan hasil tangkapan ikan yang melimpah dari telaga Bendogedhe. (*)
Editor: Rahmat