Sabtu, September 27, 2025

Gunungkidul Catat Panen Besar Bawang Merah, Petani Nikmati Keuntungan Tinggi

Share

PanenTalks, Gunungkidul – Panen raya bawang merah di Kabupaten Gunungkidul sepanjang Agustus 2025 membawa angin segar bagi para petani. Komoditas hortikultura ini semakin menunjukkan potensi sebagai sumber penghasilan baru yang menjanjikan, menggantikan ketergantungan pada tanaman padi.

Menurut data dari Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, seluas 110 hektare lahan telah dipanen dengan hasil mencapai 1.430 ton bawang merah. Capaian ini menandai babak baru bagi pertanian di wilayah yang dikenal memiliki tantangan geografis tersendiri.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi, menyatakan bahwa kondisi tanah dan cuaca di Gunungkidul cocok untuk budidaya bawang merah, yang kini menjadi komoditas unggulan selain padi.

”Produktivitas rata-rata mencapai 13 ton per hektare. Dengan harga stabil di kisaran Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per kilogram, petani mendapat keuntungan yang signifikan,” kata Rismiyadi.

Namun, ia mengingatkan bahwa budidaya bawang merah membutuhkan modal besar dan mengandung risiko tinggi, terutama jika terjadi gagal panen. Meski demikian, hasil panen yang melimpah memberikan harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan petani.

”Panen ribuan ton bawang merah ini adalah bukti nyata bahwa Gunungkidul mampu menjadi lumbung hortikultura yang menjanjikan,” ujar dia menambahkan.

Tahun ini, petani menghadapi tantangan tak biasa berupa kemarau basah. Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, menjelaskan bahwa kondisi tanah yang terlalu lembap bisa menyebabkan serangan hama, namun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan.

“Untuk mengantisipasi, penyuluh pertanian terus melakukan pendampingan terkait pola tanam. Kami juga mendorong penggunaan varietas unggul agar hasil tetap optimal,” kata Raharjo.

Inovasi para petani lokal juga turut berperan dalam kesuksesan panen. Di Padukuhan Dengok IV, Kalurahan Dengok, Kapanewon Playen, lahan tadah hujan yang biasanya menganggur di musim kemarau kini dimanfaatkan secara maksimal dengan irigasi sederhana dan sumur bor.

“Ini bukan hanya soal panen, tapi juga soal inovasi. Kami ingin membuktikan bahwa musim kemarau bukan alasan untuk berhenti bertani,” kata Darminoto, salah satu petani.

Panen melimpah, keuntungan meningkat, dan inovasi terus bermunculan—bawang merah kini bukan sekadar komoditas alternatif, melainkan simbol harapan baru bagi petani Gunungkidul. (*)

Read more

Local News