Sabtu, September 27, 2025

Guru Besar UGM Sampaikan Enam Solusi Inovatif Penanganan Infeksi Dengue di Indonesia

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Guru Besar UGM menyampaikan enam solusi inovatif penanganan Infeksi Dengue di Indonesia.

“Infeksi dengue merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di daerah tropis dan subtropis di dunia.Walaupun angka kematian ini cenderung menurun, namun dengan angka insidensi yang tinggi dan angka kematian absolut sesungguhnya sangat tinggi,” kata Dosen FK-KMK UGM Prof. dr. Eggi Arguni, Sp. A(K), M.Sc., Ph.D., dalam pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak, Kami 10 April 2025.

Dalam pidato pengukuhan berjudul “Infeksi Dengue Pada Anak: Kebutuhan Akan Solusi Inovatif untuk Mengatasi Beban Global”, Eggy mengatakan salah satu tantangan dalam diagnosis dan terapi infeksi dengue hingga saat ini hanya bersifat suportif atau simptomatik.

Anak dengan infeksi dengue tanpa warning sign dapat dirawat jalan dengan pemberian edukasi adekuat kepada orang tua. Sedangkan penggunaan obat-obatan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) harus dihindari karena dapat memicu perdarahan.

“Karena belum tersedia obat antivirus yang spesifik, maka terapi cairan masih merupakan terapi utama untuk dengue,” ujarnya. 

Menurutnya, ada beberapa solusi inovatif dalam penanggulangan infeksi dengue. Pertama, menggunakan metode pengendalian vektor inovatif, berkelanjutan dan berbasis bukti juga harus didukung untuk dikembangkan lebih lanjut.

Ia menyebutkan, teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia didukung oleh masyarakat dan pemerintah daerah dapat menjadi metode pelengkap dalam pengendalian vektor dengue, apabila model implementasi dalam skala luas dapat dikembangkan. 

Kedua, pengembangan penciptaan alat diagnostik yang sensitif dan terjangkau untuk mendeteksi infeksi dengue sedini mungkin serta kesinambungan pengadaan barang diagnostik menjadi kebutuhan klinik yang bekerja di layanan primer. “Pengembangan panduan tatalaksana klinis terintegrasi dengan memerhatikan faktor komorbid dan kondisi khusus juga selayaknya selalu diperbarui,” paparnya. 

Ketiga, adanya pengembangan kandidat vaksin dengue dan upaya untuk memasukkan vaksin dengue sebagai vaksin program imunisasi nasional akan menjadi langkah besar dalam upaya pencegahan dengue pada anak di Indonesia.

Keempat, penguatan surveilans dengue komprehensif dan real time sehingga sedini mungkin dapat mengidentifikasi potensi wabah dan merespon dengan cepat. 

Kelima, peningkatan keterlibatan komunitas dalam upaya penanggulangan dengue berkesinambungan sangat penting. Wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri dari beragam suku dengan karakter masyarakat beragam. Terakhir, pengetahuan tentang patogenesis dengue membuka pintu bagi pengembangan penelitian bidang molekuler genetik, tidak hanya untuk virus dengue, tapi juga genetik pasien.

“Molekul target di endotel dan mediator kimia yang berperan dalam fenomena kebocoran plasma dapat digali lebih mendalam,” pungkasnya.

Dari akhir pidato pengukuhannya,  Eggi menegaskan Infeksi Dengue tidak dapat diselesaikan dengan satu cara saja. Berbagai upaya pencegahan dan penatalaksanaan harus diupayakan secara terintegrasi. Apabila semua cara ini dilakukan maka bisa menekan angka kematian anak akibat dengue.

“Bersama-sama, mari kita capai target zero dengue death, mari kita ciptakan masa depan generasi mendatang yang lebih  sehat,” harapnya. (*)

Editor : Hendrati Hapsari

Read more

Local News