Rabu, Juni 18, 2025

Hilirisasi dan Serapan Domestik Komoditas Perunggasan

Share

PanenTalks, Jakarta-Indonesia mencatat surplus produksi dalam komoditas perunggasan nasional, khususnya untuk telur dan daging ayam.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Badan Pangan Nasional (NFA), I Gusti Ketut Astawa, menyampaikan apresiasi atas pencapaian tersebut dalam peluncuran Nusantara Livestock & Poultry Expo 2025, Kamis (8/5/2025) di Jakarta.

“Swasembada perunggasan yang produksinya relatif melebihi kebutuhan, baik telur maupun daging ayam, ini sangat harus kita apresiasi,” kata Ketut. “Ini kerja keras Kementerian Pertanian yang perlu kita dukung bersama.”

Menurutnya, kelebihan produksi ini harus diimbangi dengan serapan di hilir agar tidak menekan harga peternak secara tidak wajar. “Kami di Badan Pangan Nasional menyiapkan ekosistem di pascapanen dan hilir. Misalnya, kita sedang mengupayakan ekspor telur. Mari dukung peningkatan hilirisasi secara bersama untuk ke depannya,” tambahnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi telur ayam petelur pada tahun 2024 mencapai 6,34 juta ton. NFA memperkirakan angka itu akan meningkat menjadi 6,52 juta ton di tahun 2025, sementara kebutuhan konsumsi berada di angka 6,22 juta ton.

Untuk daging ayam ras pedaging, produksi tahun 2024 mencapai 3,83 juta ton, dan diproyeksikan naik menjadi 4,25 juta ton pada 2025, dengan konsumsi sekitar 3,87 juta ton.

Ketut juga menekankan pentingnya integrasi produksi unggas dengan program nasional. “Selanjutnya, penting juga memastikan produksi perunggasan diserap program unggulan Bapak Presiden Prabowo, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG),” ungkapnya. “Kami sudah menghubungkan sedulur-sedulur peternak dengan teman-teman di BGN (Badan Gizi Nasional).”

Ia berharap, kerja sama perdana antara peternak dan SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Tangerang dapat berjalan lancar. “Semoga mulai besok (9/5/2025), pasokan dari PINSAR Petelur Nasional dan PINSAR ke SPPG berjalan lancar. Ini supaya manfaat MBG semakin terasa bagi seluruh peternak kita,” harapnya.

Ketut juga menyampaikan harapannya atas gelaran Nusantara Livestock & Poultry Expo 2025 yang akan berlangsung November mendatang. “Saya minta semua insan perunggasan yang berkumpul bisa berkolaborasi dan mencari solusi atas berbagai tantangan, terutama soal kestabilan harga di tingkat peternak,” ujarnya.

Tren harga di tingkat peternak memang menunjukkan perbaikan. Rata-rata indeks harga yang diterima peternak unggas selama Januari–April 2025 tercatat sebesar 120,82, naik tipis dari 120,01 di periode yang sama tahun lalu.

Namun tantangan fluktuasi harga tetap menjadi perhatian. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menyoroti hal ini secara khusus.

“Harga ayam di tingkat peternak sempat anjlok, begitu juga harga telur. Tapi kita terus bahu-membahu mengatasinya,” katanya. “Alhamdulillah, sekarang harga sudah mulai bagus. Memang belum seperti yang kita harapkan, tapi sudah jauh lebih baik.”

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi memastikan pemerintah di bawah Presiden Prabowo akan terus mendukung produsen pangan, termasuk peternak unggas. “Bapak Presiden Prabowo berulang kali menegaskan sektor pangan harus aman dan kokoh. Kita sudah cukup untuk ternak unggas selama ini. Jadi memang luar biasa,” tuturnya.

Arief menutup dengan menegaskan upaya NFA dalam menjaga stabilitas harga. “Badan Pangan Nasional punya program Bela Beli Hasil Peternak untuk mengatasi fluktuasi harga. Kami juga mendorong pemda melaksanakan hal serupa. Semoga ke depan, harga di tingkat peternak semakin stabil,” pungkasnya.

Read more

Local News