Sabtu, September 27, 2025

Hilirisasi Kelapa Berpeluang Dongkrak Ekspor Ribuan Triliun

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Permintaan dunia terhadap produk olahan kelapa seperti santan dan minyak kelapa murni (VCO) tengah mengalami lonjakan signifikan. Namun potensi ekspor Indonesia dari sektor ini belum tergarap secara optimal.

Saat ini, nilai ekspor kelapa mentah Indonesia berada di angka sekitar Rp 26 triliun. Padahal, menurut para ahli, nilai itu bisa melonjak hingga mencapai Rp2.600 triliun. Hanya saja hilirisasi harus berjalan secara serius dan terencana.

Menurut Umar Santoso, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, pemerintah seharusnya segera menyiapkan program strategis guna mempercepat hilirisasi yang berpotensi besar ini.

“Program untuk mendorong hilirisasi ini penting untuk segera dijalankan. Potensinya yang sangat besar. Pohon kelapa mendapat julukan The Tree of Life karena semua bagian dari pohon bermanfaat,” kata Umar, Jumat, 22 Agustus 2025.

Pemanfaatan Seluruh Bagian dari Tree of Life

Lebih lanjut, Umar menjelaskan bahwa hilirisasi tidak hanya sebatas mengolah kelapa menjadi santan atau VCO. Tetapi juga mencakup pemanfaatan seluruh bagian pohon tersebut.

Hasil samping seperti air kelapa, sabut, tempurung, hingga kulit ari (testa) masih belum maksimal. Ini semua sesungguhnya bisa menjadi bahan baku industri kreatif serta inovasi lokal.

“Kalau ini menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, tentunya akan meningkatkan nilai tambah. Pada akhirnya ini menambah pendapatan industri dan petani,” ujar dia menegaskan.

Meski teknologi pengolahan sudah tersedia, Umar mengingatkan bahwa tantangan utama dalam hilirisasi kelapa justru terletak pada keberlanjutan pasokan bahan baku.

Ia menilai program peremajaan pohon (replanting) di tingkat on-farm sangat penting untuk menjamin kontinuitas produksi. Apalagi kebutuhan dalam negeri juga cukup tinggi dan bisa berbenturan dengan permintaan ekspor.

“Tantangan ke depan saya kira ada pada keberlanjutan bahan baku. Pasalnya peningkatan produksi melalui replanting harus menjadi prioritas,” kata dia.

Dukung Hilirisasi

Sebagai institusi akademik, UGM siap mendukung proses hilirisasi kelapa melalui riset, inovasi, dan pendampingan teknis kepada petani dan pelaku industri.

Umar menyebutkan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting agar program ini tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkelanjutan dan inklusif.

“Peran perguruan tinggi, termasuk UGM, sangat penting dalam mendukung program revitalisasi melalui riset dan pendampingan,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa dalam proses industrialisasi kelapa, petani tidak boleh sekadar menjadi penyedia bahan baku tanpa mendapatkan keuntungan sepadan. Keterlibatan mereka harus mendapat jaminan secara adil. Bahkan jika memungkinkan petani masuk struktur kepemilikan usaha.

“Usahakan petani juga punya saham atau ikut dalam usaha industri kelapa. Jangan sampai perusahaan besar untung sementara petani tidak kebagian,” kata Umar.

Dari sisi kebijakan, Umar mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan peran kementerian terkait, terutama Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, dalam mendukung industri kelapa yang sudah berjalan. Ia juga menggarisbawahi pentingnya mendengar suara petani agar kebijakan hilirisasi benar-benar berpihak pada kesejahteraan mereka.

“Efektifkan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian untuk memberdayakan industri kelapa yang sudah ada. Dan, jangan lupa dengar aspirasi petani,” ucao dia menambahkan.

Umar yakin dengan masa depan industri kelapa di Indonesia jika program hilirisasi ini berjalan secara terstruktur. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ekspor, kesejahteraan petani, dan pemenuhan kebutuhan domestik.

“Harapan kami, program besar hilirisasi kelapa ke depan bisa dan meningkatkan pendapatan petani dan membuat industri lebih berkembang. Pada akhirnya produk ini mendatangkan devisa, tetapi juga memenuhi kebutuhan domestik,” kata Umar memungkasi. (*)

Read more

Local News