PanenTalks, Yogyakarta – Kasus kekerasan seksual dilakukan oleh dokter residen di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung seharusnya dapat dicegah apabila pengawasan pelayanan pasien dan tata kelola obat berjalan dengan baik.
Para tenaga kesehatan diminta menjaga integritas dan profesionalisme serta menghindari berbagai bentuk kekerasan.
Pemerhati Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial dari FK-KMK UGM, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D mengatakan bahwa tantangan terbesar memang seorang tenaga kesehatan berasal dari dalam dirinya sendiri.
Profesi dokter mengharuskan melakukan pendekatan baik terhadap pasien agar mampu mewujudkan integritas dan profesionalismenya yang tinggi. Namun begitu, seorang dokter tidak boleh memanfaatkan kesempatan tersebut untuk hal-hal tidak baik apalagi melakukan kekerasan seksual.
“Dosen, pendidik klinis, koas, residen dan personel klinis yang ada di RS harus saling menghormati satu sama lain, mengutamakan keselamatan pasien, menegakkan integritas, tidak hanya menghindari kekerasan seksual, namun juga kekerasan verbal dan fisik,” kata Yayi Suryo, Selasa 22 April 2025.
Menurut Yayi, untuk mencegah dan menghindari perilaku tenaga kesehatan menyimpang darinya memberikan pelayanan kesehatan untuk terjadi perubahan struktur kurikulum pendidikan terorganisir, artinya sistem organisasi kurikulumnya pendidikan baik.
Selain itu, dalam pendidikan kedokteran, juga perlu memasukkan role model sebagai panutan baik dari kalangan dosen maupun alumni. “Jadi diperlukan dosen-dosen maupun alumni yang sudah selesai itu bisa menunjukkan menjadi tokoh panutan yang baik. Jadi memberikan contoh yang baik,” ujarnya.
Yayi menyebutkan di Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM telah menerapkan Health Promoting University HPU yang salah satunya Zero Tolerance Fakultas untuk Bullying Harassment dan Violence.
Bahkan FKKMK sejak tahun 2019 menyusun Panduan Pendidikan Klinik Bermartabat yang dikhususkan pada Civitas Akademika dan Hospitalia FK KMK dan RS Pendidikan serta jejaringnya. (*)
Editor : Hendrati Hapsari
