PanenTalks, Bangli – Desa Wisata Penglipuran di Bangli, Bali, mendapat sorotan positif atas komitmennya yang teguh terhadap konservasi lingkungan.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhani, memuji keras upaya masyarakat desa dalam menjaga Hutan Bambu Penglipuran, yang ia sebut sebagai jantung dari konsep pariwisata berkelanjutan desa tersebut.
Dalam kunjungannya, Menteri Widiyanti secara khusus menjelajahi area Hutan Bambu yang luas dan asri.
Dia menekankan pengelolaan hutan ini bukan sekadar daya tarik wisata, melainkan cerminan nyata dari kearifan lokal yang berhasil menyelaraskan pembangunan pariwisata dengan pelestarian ekosistem.”
Hutan Bambu ini adalah indikator kesehatan lingkungan Penglipuran. Ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya menjual keindahan, tetapi secara aktif melindungi dan merawat alam mereka,” ujar Menteri Widiyanti.
“Pengelolaan hutan yang tertata rapi dan lestari ini memberikan pengalaman unik yang berharga, yang jauh lebih bermakna daripada sekadar wisata biasa.
“Kunjungan Menteri tersebut juga menjadi panggung untuk menegaskan posisi Penglipuran sebagai destinasi yang telah maju menuju Pariwisata Regeneratif.
Menurutnya, komitmen desa dalam menjaga kawasan hijau dan tata ruang tradisional membuktikan bahwa mereka tidak hanya berusaha mengurangi dampak negatif, tetapi secara aktif memperbaiki dan menghidupkan kembali sumber daya alam dan budaya.
Selain menikmati suasana hutan, Menteri juga menyaksikan aktivitas ekonomi kreatif di Pasar Pelipura dan mengikuti workshop budaya.
Namun, fokus utamanya tetap pada integritas tata ruang dan lingkungan.Wayan Sumiarsa, Kepala Pengelola Desa Wisata Penglipuran, menyampaikan rasa terima kasih.
“Kelestarian lingkungan, terutama Hutan Bambu, adalah warisan yang wajib kami jaga. Kami percaya bahwa keindahan dan kebersihan yang kami pertahankan di sini bisa menjadi inspirasi bagi gerakan konservasi dan pariwisata regeneratif secara nasional,” tegasnya.
Dengan apresiasi dari pemerintah pusat ini, Hutan Bambu Penglipuran kini semakin dikukuhkan bukan hanya sebagai destinasi wisata alam terkemuka, tetapi juga sebagai model konservasi berbasis komunitas yang sukses di Indonesia. (*)