Senin, Agustus 18, 2025

Indonesia Aktif Merespons Dinamika Kebijakan Perdagangan AS dan Memperkuat Ketahanan Ekonomi

Share

PanenTalks, Jakarta – Delegasi Indonesia bergerak aktif di Washington D.C., saat berdiskusi intensif dengan para pemangku kebijakan utama AS dalam merespon gelombang kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang tidak hanya mengguncang lanskap perdagangan global, tetapi juga memicu respons cepat dan terukur dari Indonesia.

Sebagai salah satu negara yang sigap mengambil langkah, Indonesia tidak sekadar menyampaikan posisi, melainkan langsung mengajukan proposal konkret kepada Pemerintah AS. Semangat yang diusung adalah kemitraan bilateral yang berkeadilan dan saling menguntungkan, sebuah fondasi penting dalam membangun hubungan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam serangkaian pertemuan yang dinamis, delegasi Indonesia bergerak aktif di Washington D.C., berdiskusi intensif dengan para pemangku kebijakan utama AS. Mulai dari kantor USTR, ruang kerja Secretary of Commerce dan Treasury, hingga National Economic Advisor menjadi arena pertukaran gagasan.

Lebih dari itu, suara sektor riil AS pun turut menjadi bagian dari dialog, dengan keterlibatan representasi dari Semikonduktor Industry Association, United States-ASEAN Business Council, USINDO, Asia Group, serta perusahaan-perusahaan teknologi dan manufaktur terkemuka seperti Amazon, Boeing, Microsoft, dan Google.

Informasi terkini mengenai perkembangan krusial ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melalui wawancara pada 6 Mei. Beliau mengonfirmasi bahwa putaran pembicaraan inti mengenai tarif resiprokal telah dimulai, dengan target ambisius untuk mencapai kesepakatan dalam waktu maksimal 60 hari.

“Fokus utama negosiasi adalah tarif resiprokal,” tegas Menko Airlangga. “Kita berupaya secara aktif untuk menurunkan tarif yang saat ini berlaku 10% untuk semua negara dalam periode 90 hari. Setelah itu, hasil dari perundingan inilah yang akan menentukan arah kebijakan selanjutnya.”

Menyadari volatilitas lanskap ekonomi global, Menko Airlangga menekankan pentingnya kewaspadaan Indonesia terhadap persaingan yang semakin sengit dan potensi penurunan volume perdagangan akibat kebijakan uncertainty AS serta perang dagang dengan China.

Sebagai respons strategis, Indonesia bergerak untuk memperluas cakupan pasar dan menarik investasi melalui keterlibatan aktif dalam berbagai forum kerja sama internasional, seperti RCEP, I-EU CEPA, dan CPTPP. Langkah proaktif juga diambil untuk membentengi industri dalam negeri dari ancaman praktik dumping melalui penguatan safeguard dan peningkatan daya saing.

Pemerintah saat ini tengah merancang paket deregulasi kebijakan yang diharapkan dapat mempermudah perizinan berusaha dan menjadi daya tarik kuat bagi para investor.

Di tengah turbulensi perdagangan global, komitmen bersama antara Indonesia dan Uni Eropa untuk menuntaskan perundingan I-EU CEPA menjadi semakin relevan dan strategis.

Fakta bahwa mayoritas perdagangan barang dunia (sekitar 87%) berlangsung di luar jalur perdagangan dengan Amerika Serikat semakin menggarisbawahi urgensi bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi mitra dagang dan memperkuat kerja sama regional.

“Target kita adalah ekspansi pasar,” jelas Menko Airlangga. “Melihat sumber ketidakpastian dan gejolak yang berasal dari Amerika, kita secara aktif mencari peluang di kawasan lain yang dapat kita masuki.”

Lebih lanjut, Menko Airlangga memberikan kabar positif mengenai fundamental ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I-2025 menunjukkan resiliensi yang solid, mencapai 4,87% (yoy), melampaui kinerja sebagian besar negara tetangga di ASEAN dan hanya berada di bawah Vietnam.

Di antara negara-negara anggota G20, pertumbuhan Indonesia juga tergolong kuat, hanya di bawah China.

“Ini adalah indikasi jelas bahwa di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia menunjukkan daya tahan yang cukup tinggi,” ungkap Menko Airlangga dengan optimisme.

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak utama pertumbuhan, mencatatkan angka 4,89% dan berkontribusi signifikan sebesar 54,5% terhadap PDB.

Sektor industri Makanan dan Minuman serta Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki juga menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Sementara dari sisi penawaran, sektor Pertanian menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi (10,52%), diikuti oleh Sektor Jasa Lainnya dan Jasa Perusahaan.

Menanggapi isu ketenagakerjaan, Pemerintah melalui Satgas Perluasan Kesempatan Kerja dan Mitigasi PHK mengambil langkah proaktif untuk meninjau data PHK secara komprehensif, termasuk status kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.

Namun, Menko Airlangga memberikan sorotan pada pencapaian positif dalam penciptaan lapangan kerja. “Yang terpenting bagi Pemerintah adalah keberhasilan kita menciptakan 594.104 lapangan pekerjaan baru dari investasi PMDN dan PMA pada kuartal pertama tahun ini. Ini menunjukkan bahwa job creation juga tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi,” pungkas Menko Airlangga, memberikan perspektif dinamis pada situasi ketenagakerjaan. (*)

Read more

Local News