Sabtu, September 27, 2025

Indonesia Buang 48 Juta Ton Pangan per Tahun

Share

PanenTalks, Jakarta-Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) meluncurkan Gerakan Selamatkan Pangan sebagai upaya nyata mengurangi susut dan sisa pangan (SSP) yang semakin mengkhawatirkan. Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, menegaskan bahwa persoalan pangan tidak boleh lagi dianggap sepele.

“Jangan pandang sisa pangan hanya sebagai limbah, tetapi lihatlah sebagai potensi yang mampu mendorong ketahanan pangan,” ujar Nita dalam Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Rabu (10/9/2025).

Nita menyebut data Bappenas 2021 yang menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan timbulan SSP sebesar 23 hingga 48 juta ton per tahun. “Jika dihitung per kapita, angkanya mencapai 115 hingga 184 kilogram per orang per tahun. Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kehilangan dan pemborosan pangan yang tinggi,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa angka ini bukan hanya statistik. “Jika sisa pangan dimanfaatkan optimal, Indonesia bisa memberi makan 61 hingga 125 juta orang setiap tahun. Bayangkan, hampir setengah penduduk Indonesia dapat terbantu hanya dari pangan yang hari ini terbuang percuma,” tegas Nita.

Menurutnya, Gerakan Selamatkan Pangan tidak sekadar mengurangi sisa makanan, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir. “Ini bukan tugas satu pihak. Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, masyarakat, bahkan media harus bergerak bersama,” ujarnya.

Nita mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang sudah menerbitkan Instruksi Gubernur tentang Penyelamatan Pangan. “Apa yang dilakukan Kepri adalah contoh nyata kolaborasi. Tapi instruksi ini harus ditindaklanjuti dengan sinergi semua stakeholder,” tambahnya.

Ia menegaskan pentingnya kepedulian bersama. “Setiap suapan pangan yang kita selamatkan adalah kontribusi nyata bagi bangsa dan generasi mendatang. Jangan biarkan makanan yang bisa memberi hidup justru berakhir di tempat sampah,” ucapnya penuh penekanan.

Sementara itu, Kepala NFA, Arief Prasetyo, berulang kali menekankan pentingnya membangun ekosistem pangan berkelanjutan dengan pendekatan Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration. “Gerakan Selamatkan Pangan bukan sekadar mengurangi sisa makanan, tetapi mengubah pola pikir dan membangun perilaku baru. Menyelamatkan pangan artinya menyelamatkan masa depan,” ujarnya.

Senada dengan itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan Kepri, Sugiarto Doso Saputro, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor. “Instruksi Gubernur adalah dasar penting, tapi keberhasilan gerakan ini sangat ditentukan oleh kerja sama pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi,” jelasnya.

Read more

Local News