Kamis, Juni 19, 2025

Indonesia di Ambang Swasembada Gula: Peluang Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

Share

PanenTalks, Malang – Pemerintah Indonesia menetapkan target ambisius produksi gula konsumsi nasional sebesar 2,59 juta ton pada tahun ini. Badan Pangan Nasional (NFA) bergerak cepat dengan menggagas pembentukan ekosistem pergulaan nasional yang solid.

Langkah strategis ini merupakan implementasi nyata dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan swasembada pangan.

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menegaskan potensi besar Indonesia dalam mendongkrak produksi gula, mencontohkan Kabupaten Malang sebagai motor produksi utama di Jawa Timur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi signifikan Jawa Timur pada tahun 2023, mencapai 1,12 juta ton atau 49% dari total produksi nasional sebesar 2,2 juta ton.

“Momentum positif ini harus kita akselerasi, terutama dengan dimulainya musim giling tebu 2025, di mana target produksi nasional dipatok 2,59 juta ton,” ujar Arief saat menghadiri ‘Buka Giling Perdana Pabrik Gula Krebet Baru’ di Malang (24/4/2025).

Optimisme juga dilontarkan terkait potensi peningkatan rendemen gula, melampaui angka 7,4% tahun sebelumnya melalui sinergi dan kinerja yang terukur.

Proyeksi Neraca Pangan Gula Konsumsi per 21 Maret menunjukkan tren peningkatan produksi Gula Kristal Putih (GKP) domestik mulai Mei 2025, dengan estimasi berturut-turut: Mei (166 ribu ton), Juni (392 ribu ton), Juli (544 ribu ton), dan mencapai puncak panen pada Agustus (621 ribu ton).

Lebih lanjut, dikutip dari badanpangan.go.id, Arief meyakinkan ketersediaan gula konsumsi hingga Desember mendatang berada dalam zona aman, didukung stabilitas harga saat ini. Per 23 April 2024, rata-rata harga gula nasional tercatat Rp 18.530 per kilogram.

NFA aktif melibatkan stakeholders hulu hingga hilir dalam penetapan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) untuk memastikan harga yang adil bagi produsen dan konsumen.

Regulasi terkait HAP tertuang dalam Perbadan Nomor 12 Tahun 2024, menetapkan harga di tingkat produsen sebesar Rp 14.500 per kg dan konsumen Rp 17.500 per kg, dengan pengecualian untuk retail modern dan wilayah Indonesia timur sebesar Rp 18.500 per kg.

Komitmen pemerintah terhadap swasembada gula semakin diperkuat dengan terbitnya Perpres Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional. Kebijakan ini bertujuan strategis untuk memperkokoh ketahanan pangan, memperkuat pasokan bahan baku dan industri, serta meningkatkan kesejahteraan petani tebu pada tahun 2028.

“Penguatan riset varietas unggul, kemudahan akses petani terhadap sarana produksi, peningkatan produktivitas tebu dan rendemen, serta kebijakan harga yang berkelanjutan adalah kunci. Swasembada pangan hanya terwujud jika petani sejahtera,” tegas Arief.

Senada, Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food, Ghimoyo, menyatakan bahwa kegiatan buka giling merupakan manifestasi kesiapan Indonesia dalam mewujudkan swasembada gula dalam waktu dekat.

“Di tengah isu ketahanan pangan global, Indonesia membuktikan diri siap berkontribusi, dan industri gula, khususnya di Jawa Timur, menjadi pilar penting,” ujarnya.

Ghimoyo menambahkan, dengan pengalaman panjang sejak 1906, Indonesia memiliki kapabilitas untuk meningkatkan produksi gula berkualitas. “Untuk mendukung swasembada gula 2027/2028, peningkatan produktivitas melalui teknologi, inovasi, dan kemitraan solid dengan petani adalah imperatif,” katanya.

Bupati Malang, M. Sanusi, menunjukkan komitmen nyata dengan siap mengalokasikan APBD untuk penelitian dan pengembangan gula nasional. “Komoditas gula harus menjadi prioritas bersama demi kemandirian pangan Indonesia. Dukungan APBD hingga Rp 10 Miliar siap digelontorkan untuk peningkatan produksi tebu dan kesejahteraan petani,” jelasnya.

Acara ‘Buka Giling Perdana Pabrik Gula Krebet Baru’ ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi dan stakeholders penting lainnya, menunjukkan sinergi kuat dalam mewujudkan target swasembada gula nasional. (*)

Read more

Local News