Minggu, November 9, 2025

Indonesia Pengaruhi Harga Beras Dunia!

Share

PanenTalks, Jakarta – Kinerja sektor pertanian Indonesia kembali menunjukkan hasil positif di tingkat global. Melalui peningkatan produksi dan kebijakan stabilisasi harga yang berkelanjutan, Indonesia kini dinilai memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan harga beras dunia.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari kerja keras petani dan dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten dalam menjaga ketahanan pangan.

“Yang menarik adalah Indonesia berkontribusi menurunkan pangan dunia. Jadi Indonesia, petani Indonesia berkontribusi menurunkan harga beras dari sekitar 650 dolar AS per ton, turun menjadi 371 sekarang,” kata Kepala Bapanas sebagaimana keterangan di Jakarta, Rabu (5/11).

Amran menyampaikan hal itu dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta pada Selasa (4/11). Ia menyebut pencapaian tersebut merupakan bukti nyata peran petani Indonesia dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan.

Peningkatan produksi beras nasional juga berdampak pada penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang kini mencapai 3,8 juta ton. Amran menjelaskan, keberhasilan tersebut merupakan hasil kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan kemandirian pangan dengan tidak melakukan impor beras pada tahun 2025.

“Itu karena Indonesia sebelumnya adalah importir besar. Tiba-tiba Alhamdulillah berkat gagasan besar Bapak Presiden Prabowo, kita menghentikan impor,” tambahnya.

Berdasarkan data harga beras putih lima persen (free on board) dari sejumlah negara eksportir seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar, harga pada Januari 2024 masih berkisar 622–655 dolar AS per metrik ton. Namun sejak pengumuman penghentian impor beras Indonesia pada Desember 2024, harga global mulai turun ke kisaran 455–514 dolar AS per ton.

Data The FAO All Rice Price Index (FARPI) turut menunjukkan tren penurunan harga beras dunia. Pada Desember 2024, indeks FARPI turun 1,2 persen menjadi 119,2 poin, dan semakin menurun menjadi 100,9 poin pada September 2025.

“Dan berita menarik lainnya, terima kasih Ibu Kepala BPS. Pengumuman BPS kemarin, diprediksi bahwa produksi beras kita di tahun 2025 mencapai 34,77 juta ton. Ini kenaikan tertinggi, stok kita tertinggi. Ini berkat kerja keras kita semua,” kata Amran lagi.

Produksi tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 30,62 juta ton. Artinya, terdapat surplus produksi sebesar 4,15 juta ton. Proyeksi neraca beras nasional 2025 memperkirakan kebutuhan konsumsi hanya 30,97 juta ton, sehingga terdapat surplus antara produksi dan konsumsi sebesar 3,8 juta ton.

BPS juga mencatat peningkatan kesejahteraan petani padi seiring kenaikan indeks harga padi dari 136,78 pada Januari 2025 menjadi 146,24 pada Oktober 2025.

Selain menjaga harga di tingkat petani, pemerintah juga memperkuat pengawasan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Harga Beras. Satgas ini terdiri atas unsur Polri, Kementerian Perdagangan, Bapanas, Perum Bulog, dan pemerintah daerah.

“Tim kami turunkan di 51 kabupaten, terutama tadi beras medium di Papua, memang agak berat, karena beras harus naik pesawat. Tapi yang terpenting sekarang adalah kita swasembada beras, berkat hasil kerja keras kita semua,” imbuhnya.

Satgas Pengendalian Harga Beras Tahun 2025 dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Bapanas Nomor 375 Tahun 2025 tertanggal 20 Oktober 2025. Hingga 1 November, Satgas telah melakukan pengawasan di 5.648 titik di seluruh Indonesia yang mencakup produsen, distributor, grosir, ritel modern, hingga pengecer.

Read more

Local News