PanenTalks, Jakarta-Pemerintah Indonesia tengah mengembangkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang difokuskan untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan efektivitas perlindungan sosial.
Aplikasi ini dijadwalkan meluncur pada Agustus 2025, sebagai bagian dari transformasi digital layanan publik di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto.
Hal tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dalam forum teknologi global Machines Can See 2025 yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, pada sesi panel bertajuk “Wanted: AI to Retain and Attract Talents to the Country.”
“Keamanan pangan menjadi perhatian Presiden Prabowo, terutama di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu. Dengan dukungan AI, kami yakin sistem distribusi pangan dan perlindungan sosial dapat menjadi jauh lebih tepat sasaran,” ujar Meutya, dikutip dari siaran pers Komdigi, Senin (27/4/2025).
Aplikasi ini akan memanfaatkan AI untuk memantau produksi dan distribusi pangan secara real-time berbasis data, sekaligus menyempurnakan sistem penyaluran bantuan sosial agar lebih efisien dan merata.
Selain itu, Meutya juga mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mengembangkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis berbasis AI guna memperluas akses layanan medis, terutama bagi masyarakat di daerah tertinggal.
Dalam kesempatan yang sama, Meutya menyoroti tantangan diaspora digital Indonesia. Tercatat sekitar delapan juta warga negara Indonesia kini bermukim di luar negeri, termasuk 20.000 di antaranya bekerja di pusat inovasi global seperti Silicon Valley.
“Mereka mungkin tidak lagi terkoneksi langsung dengan tanah air, tetapi kami masih melihat mereka sebagai aset bangsa. Kami menyebutnya brain link, bukan brain drain,” kata Meutya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, Indonesia menargetkan penciptaan sembilan juta talenta digital hingga tahun 2030. Pemerintah juga tengah memperluas infrastruktur digital melalui jaringan serat optik, kabel bawah laut, serta pelelangan spektrum frekuensi 2,6 dan 3,5 GHz untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Salah satu komitmen kuat yang diangkat Meutya adalah pentingnya inklusivitas dalam pengembangan teknologi AI. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah berencana membangun pusat keunggulan AI di berbagai daerah, termasuk di Papua.
“Pendirian pusat AI di Papua menjadi simbol penting bahwa teknologi harus mencerminkan keberagaman, bukan hanya dominasi segelintir pihak. Inklusivitas adalah nilai kunci dalam pengembangan AI,” tegasnya.
Melalui langkah-langkah strategis ini, Indonesia berupaya menempatkan teknologi tidak hanya sebagai alat efisiensi, tetapi juga sebagai sarana pemerataan dan keadilan sosial. Pemerintah berharap, dengan fondasi kuat dari segi talenta dan infrastruktur, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam ekosistem teknologi global yang berkelanjutan dan inklusif.