PanenTalks, Jakarta-Pemerintah Indonesia mendorong penguatan kerja sama bilateral dengan Swiss di bidang ketenagakerjaan yang berdampak langsung bagi kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas, generasi muda, dan pekerja sektor hijau.
“Kerja sama ini harus nyata, memberi dampak langsung bagi mereka yang paling membutuhkan,” ujar Menteri Ketenagakerjaan Yassierli dalam pertemuan bilateral di sela Konferensi Perburuhan Internasional ke-113 di Jenewa, (11/6/2025).
Dalam delegasi Indonesia, hadir sejumlah pejabat tinggi Kemnaker. Dari pihak Swiss, hadir Kepala Direktorat Ketenagakerjaan SECO, Jérôme Cosandey.
Yassierli menyoroti tiga fokus utama: peningkatan akses kerja bagi kelompok rentan, penguatan program pemagangan nasional, dan pengembangan keterampilan tenaga kerja di sektor energi terbarukan.
“Kami ingin afirmasi langsung bagi penyandang disabilitas, agar mereka bisa mandiri secara ekonomi,” tegasnya.
Ia juga mengusulkan digitalisasi layanan ketenagakerjaan publik dan akses keuangan untuk wirausaha muda. Salah satu bentuk kerja sama konkret adalah proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) yang telah dilaksanakan sejak 2020. Indonesia berharap dukungan Swiss untuk keberlanjutan program ini.
“Kami juga tertarik pada sistem pemagangan Swiss yang menyatu dengan budaya dan partisipasi keluarga. Ini bisa jadi model bagi Indonesia,” tambah Yassierli.
Kedua negara sepakat melanjutkan dialog ketenagakerjaan dalam Labour Tripartite Dialogue ke-5 yang akan digelar Oktober 2025 di Bern. Pertemuan ini akan membahas roadmap kerja sama 2025–2026 dan rencana aksi konkret.
“Kami percaya, kolaborasi ini adalah instrumen strategis menuju ketenagakerjaan yang adil, inklusif, dan adaptif,” tutup Yassierli.