Sabtu, September 27, 2025

Indonesia Wajib Jaga Keberlanjutan Produksi Minyak Nilam

Share

PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai minyak nilam memiliki posisi strategis di dunia. Indonesia memiliki peluang besar sekaligus tanggung jawab memastikan keberlanjutan produksi.

“Minyak nilam memiliki posisi strategis harus dijaga,” kata Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengutip brin.go.id, belum lama ini.

Indonesia merupakan produsen utama minyak nilam dunia. Pasokan minyak nilam bermanfaat untuk industri parfum, kosmetik, aromaterapi dan farmasi. Oleh sebab itu, pasokan minyak harus harus tersedia dan menjamin kualitas.

“Tiga tantangan utama pengembangan nilam, yakni produktivitas yang belum optimal, mutu minyak masih bervariasi, serta rantai pasok yang rapuh,” kata dia.

Dia menyebutkan, dampak pada nilai jual di pasar internasional. Riset pemuliaan, peningkatan teknik budi daya, dan pengembangan produk turunan bernilai tambah menjadi kunci.

“Namun, upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas disiplin dan lembaga,” kata dia.

BRIN, kata dia, telah memfokuskan riset minyak atsiri untuk memperkuat daya saing nasional. Kerja sama dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, industri, dan komunitas petani didorong agar terbentuk model produksi berkelanjutan. Tujuannya dapat memenuhi standar internasional sekaligus memperluas akses pasar.

Selain aspek teknis, dia mengingatkan keberhasilan produksi nilam juga ditentukan oleh ekosistem sosial. Produksi berkelanjutan tidak hanya soal teknologi melainkan kesejahteraan petani. “Transfer pengetahuan, peningkatan kapasitas petani, serta penguatan kelembagaan sangat penting,” kata dia.

Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto menekankan, pentingnya riset berkelanjutan. Menurutnya, nilam telah lama menjadi andalan ekspor minyak atsiri. Namun, keberlanjutannya kini terancam penurunan produktivitas lahan, keterbatasan teknologi budi daya dan fluktuasi harga.

“Inovasi tidak boleh berhenti di laboratorium. Inovasi harus turun ke lapangan, diterapkan oleh petani, dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” kata dia. (*)

Read more

Local News