Sabtu, September 27, 2025

Industri 4.0 Jadi Kunci Transformasi Manufaktur Indonesia

Share

PanenTalks, Jakarta-Indonesia sebagai negara besar dan kaya sumber daya alam harus mampu mengadopsi inovasi untuk pertumbuhan ekonomi. Salah satu inovasi yang harus diterapkan adalah konsep industri 4.0, terutama pada sektor manufaktur.

Transformasi ini diyakini mampu mengubah industri nasional menjadi berbasis digital, meningkatkan efisiensi produksi, sekaligus memperkuat daya saing produk di pasar domestik maupun global.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, transformasi digital sektor manufaktur harus menjadi agenda prioritas. Penerapan industri 4.0 diharapkan mengefisienkan proses produksi, meningkatkan produktivitas, dan membawa produk manufaktur Indonesia bersaing dengan negara lain.

Kementerian Perindustrian telah mendorong penerapan industri 4.0 sejak 2018. Namun, hasilnya dinilai belum optimal. Sebagian industri masih menganggap transformasi digital sebagai beban biaya, bukan investasi jangka panjang.

Dari sisi internal, Kemenperin juga dituntut untuk lebih inovatif dalam pengembangan konsep dan evaluasi program. Salah satu contoh inovasi yang ditawarkan adalah transformasi hijau melalui konsep Gisco yang lebih mudah diterima ekosistem industri nasional.

Laporan internasional menunjukkan posisi Indonesia masih tertinggal. Dalam World Digital Competitiveness Ranking 2024, Indonesia berada di peringkat 43 dari 67 negara. Sementara menurut Global Innovation Index (GII) 2024, Indonesia menempati peringkat 54 dari 133 negara. Meski terdapat perbaikan indikator seperti publikasi ilmiah, paten internasional, investasi R&D, hingga produktivitas tenaga kerja, hasil ini belum memuaskan.

Agus menekankan, catatan dari peringkat global tersebut penting dipelajari untuk menyusun kebijakan lebih baik. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar transformasi digital dapat dipercepat.

Kemenperin juga berkomitmen menciptakan ekosistem inovasi nasional yang lebih kokoh. Salah satunya melalui penghargaan Rintisan Teknologi (Rintek).

Tahun ini tercatat hanya ada 15 judul inovasi baru dari 15 perusahaan industri. Peningkatan jumlah rintek dinilai penting untuk membuktikan kreativitas industri dalam negeri sekaligus memperkuat daya saing di tingkat global.

Transformasi digital terbukti memberi dampak nyata. Laporan dari 29 perusahaan National Lighthouse Industri 4.0 menunjukkan peningkatan signifikan dalam speed-to-market, agility, produktivitas, hingga kinerja finansial. Perusahaan juga berhasil meningkatkan keterlibatan pelanggan, mempercepat respons layanan, serta menekan emisi karbon.

Agus menegaskan, pencapaian ini menjadi bukti bahwa adopsi teknologi digital tidak hanya mendukung pertumbuhan bisnis, tetapi juga memperkuat fondasi pembangunan ekonomi yang berdaya saing dan berorientasi keberlanjutan.

Ia mendorong agar lebih banyak perusahaan Indonesia masuk dalam jaringan Global Lighthouse Network yang diinisiasi World Economic Forum. Dengan menjadi percontohan, industri Indonesia dapat menginspirasi sektor lain, memperluas jejaring global, dan mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai pusat industri modern.

Ke depan, industri nasional dituntut terus berinovasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, Internet of Things, hingga Big Data. Agus optimistis, dengan kolaborasi pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat, Indonesia mampu mempercepat langkah menuju visi Indonesia Emas 2045.

“Kuncinya satu, kita harus bersatu padu untuk Indonesia Maju,” tegasnya.

Read more

Local News