Minggu, November 9, 2025

Inovasi Biofertilizer dengan Teknologi Drone Spray

Share

PanenTalks, Jakarta – Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan inovasi biofertilizer atau pupuk hayati dengan teknologi drone spray.

Plh. Kepala ORPP BRIN, Setiadi Marwanto menyakini, kombinasi ini untuk pertanian masa depan untuk memperkuat ketahanan pangan di Indonesia.

“Pertanian masa depan dituntut tidak hanya menyediakan pangan cukup, tetapi juga sehat,” kata dia melansir brin.go.id.

Dia melanjutkan, di tengah perubahan iklim, degradasi lahan, dan kebutuhan efisiensi, inovasi teknologi menjadi jawaban penting.

Biofertilizer berbasis mikroba, kata dia, mampu meningkatkan penyerapan hara, memperkuat ketahanan tanaman, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Oleh karena itu, pemanfaatan biofertilizer dengan drone sprayer adalah langkah nyata menuju pertanian presisi tepat dosis, waktu, dan sasaran. Pendekatan ini produksi pangan lebih efisien sekaligus berkelanjutan.

“Biofertilizer sebagai alternatif yang ramah lingkungan karena memanfaatkan mikroorganisme alami,” kata Kepala Pusat Riset Hortikultura, Dwinita Wikan Utami.

Dia melanjutkan, pupuk hayati ini terbukti meningkatkan kesuburan tanah sekaligus mengurangi dampak negatif pupuk kimia. Aplikasi biofertilizer bisa lebih presisi dan hemat sumber daya dengan dukungan teknologi drone.

“Perpaduan bioteknologi dan digitalisasi bukan hanya mengurangi biaya produksi, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan,” kata dia.

Peneliti Ahli Muda PR Hortikultura, Lidia Kristina Panjaitan mengatakan, desain baling-baling drone sprayer untuk aplikasi biofertilizer pada bawang merah. Penelitian fokus pada dua varietas, Batu Ijo dan Birma, dengan menguji kekuatan dan kelenturan daun agar drone tidak merusak tanaman.

Uji laboratorium menunjukkan varietas Batu Ijo memiliki daun lebih lemah dari Birma. Data ini menjadi dasar perancangan baling-baling agar efek downwash drone tetap aman.

Melalui simulasi aerodinamika (Computational Fluid Dynamics/CFD), desain drone konfigurasi hexarotor dengan airfoil NACA 4415, delapan bilah, throttle 66 persen, daya 870 watt, dan thrust lebih dari 200 Newton. Hasilnya, ketinggian terbang optimal berada di 2 meter, cukup untuk distribusi pupuk merata tanpa merusak daun bawang merah.

“Dengan desain ini, drone sprayer dapat mempercepat distribusi pupuk sekaligus mengurangi biaya tenaga kerja,” jelas Lidia. (*)

Read more

Local News