Sabtu, September 27, 2025

Inovasi Biopolimer, Teknologi Hijau sebagai Solusi Masa Depan

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Pidato ilmiah bertajuk “Rekayasa Biopolimer untuk Keberlanjutan: Inovasi Hijau bagi Lingkungan, Pangan, dan Kesehatan” mengantarkan Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D. menjadi Guru Besar di bidang Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM). Pengukuhan tersebut berlangsung di Balai Senat Gedung Pusat UGM.

Dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk “Rekayasa Biopolimer untuk Keberlanjutan: Inovasi Hijau bagi Lingkungan, Pangan, dan Kesehatan’, Prof. Dwi menekankan pentingnya teknologi biopolimer dalam mendukung keberlanjutan di berbagai sektor, terutama yang berhubungan dengan kimia analitik dan kimia lingkungan.

Menurutnya, masalah pencemaran air oleh polutan berbahaya adalah isu global yang semakin mendesak untuk diatasi.

“Kita tengah menghadapi tantangan besar di bidang lingkungan, pangan, dan kesehatan, yang semakin rumit seiring berjalannya waktu,” ujarnya.

Solusi Inovatif

Melihat keterbatasan teknologi pengolahan konvensional yang sering tidak dapat mengatasi polutan dalam konsentrasi rendah atau campuran kompleks, Dwi menjelaskan bahwa rekayasa biopolimer menawarkan solusi yang inovatif.

Biopolimer, yang dapat direkayasa untuk berbagai aplikasi, seperti biosorben, menjadi alternatif yang efektif.

Material ini tidak hanya bersumber dari biomassa terbarukan dan ramah lingkungan, tetapi juga lebih ekonomis serta dapat terurai secara alami.

Meskipun biopolimer memiliki potensi besar, Prof. Dwi menyoroti bahwa kemampuan alami material ini seringkali belum cukup untuk aplikasi praktis dalam skala besar.

Oleh karena itu, diperlukan rekayasa lebih lanjut untuk mengoptimalkan kemampuan adsorpsi, meningkatkan selektivitas, dan memperluas penggunaannya di berbagai sektor.

Menurutnya, teknik rekayasa ini melibatkan modifikasi struktural untuk menghasilkan biosorben dengan karakteristik unggul. Ini bisa menjadi bagian penting dalam paradigma biopolimer yang multifungsi dan lintas disiplin.

Selain itu, penerapan prinsip kimia hijau dan nanoteknologi merupakan elemen penting dalam pengembangan biopolimer.

“Kimia hijau mengutamakan penggunaan bahan terbarukan, efisiensi atom, pengurangan toksisitas, dan desain produk yang ramah lingkungan,” kata dia menambahkan.

Sedangkan nanoteknologi membuka peluang untuk meningkatkan performa biopolimer hingga tingkat struktur nanometer, yang dapat memperluas permukaan spesifik dan memperkuat interaksi dengan molekul target.

Prof. Dwi juga menyampaikan bahwa rekayasa biopolimer tidak hanya berfungsi sebagai inovasi material, tetapi juga sebagai platform yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan lingkungan.

Di masa depan, riset di bidang ini sangat menjanjikan, baik dari segi teknologi maupun dampaknya terhadap masyarakat. Menurutnya, pengembangan teknologi biopolimer adalah bagian dari tanggung jawab ekologis dan moral.

“Harapan saya, teknologi yang kami kembangkan dapat terus berkembang dan diterapkan. Terutama untuk membantu daerah yang kekurangan akses terhadap air bersih, perlindungan pangan, dan pemantauan lingkungan. Ilmu pengetahuan harus hadir di titik-titik yang membutuhkan,” pungkasnya. (*)

Read more

Local News