PanenTalks, Yogyakarta – Kelompok Tani Subur Makmur Lestari RW 05 Mangkuyudan, Mantrijeron, Yogyakarta, menunjukkan sebuah terobosan yang patut diacungi jempol. Dengan kreativitas dan kepedulian tinggi, mereka berhasil menyulap sampah organik sisa makanan rumah tangga di wilayahnya menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi.
Inisiatif brilian ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menjadi tulang punggung pertumbuhan berbagai komoditas tanaman di seluruh RW 05 Mangkuyudan. Ketua Kelompok Tani Subur Makmur Lestari, Sumarsini, dengan bangga menjelaskan bagaimana pupuk kompos buatan mereka menjadi nutrisi utama bagi seluruh tanaman di sana.
“Kami membuat pupuk kompos ini dari sampah organik warga yang dibuang langsung ke biopori jumbo yang ada di RW 05 ini,” ujar Sumarsini pada Rabu (11/6). “Ada dua biopori jumbo di wilayah ini yang kami manfaatkan secara optimal.”

Disebut biopori jumbo lantaran ukurannya yang memang besar dengan diameter 80 cm dan kedalaman 2 meter hingga 2,5 meter. Biopori ini berbentuk seperti sumur resapan, yang ditanam di gang atau pinggir jalan.
Dengan menggunakan empat bis beton, biopori jumbo bisa menampung 1,5 hingga 2 ton sampah organik. Bagian atasnya ditutup trails dan penutup besi yang bisa dibuka dan ditutup.
Sumarsini mengatakan sampah organik pada biopori jumbo ini dapat dipanen setelah tiga bulan, tapi untuk menunggu penuh biasanya panen dilakukan tiap satu tahun sekali.
Dalam pembuatan pupuk kompos, ia biasanya menggunakan dua bahan seperti menggunakan cairan Effective Microorganisms (EM) 4 dan cairan tetes tebu.

“Pupuk kompos yang dihasilkan sekitar 250 kg dalam sekali panen. Itu digunakan untuk pemupukan tanaman kami,” ujarnya.
Hingga saat ini kelompok tani yang beranggotakan 25 orang ini mampu memproduksi berbagai macam sayuran seperti sawi bakso, kangkong, kubis, selada, cabai, terong dan sebagainya.
Bahkan seluruh lorong atau gang yang berada di RW 05 Mangkuyudan ini sudah dipenui oleh berbagai sayuran. “Ada juga tanaman toga seperti jahe, kencur dan masih banyak lagi komoditas lainnya,” katanya.
Selain untuk anggota kelompok dan warga sekitar, hasil panen kelompok tani ini juga digunakan sebagai bahan dasar masakan di beberapa catering.
“Kalau untuk pupuk komposnya sendiri belum kami jual, karena memang 250 kg ini hanya cukup untuk semua tanaman kita,” bebernya.
Sumarsini mengungkapkan apa yang dilakukannya bersama anggota kelompok tani lainnya adalah sebuah bentuk dukungan terhadap berbagai program Pemkot.
Yang pertama adalah pengolahan sampah berbasis kewilayahan. Dengan ini seluruh sampah organik yang berada di RW 05 sudah terserap habis kedalam biopori jumbo.
“Bentuk dukungan lainya adalah program ketahanan pangan serta dukungan terhadap program peningkatan ekonomi kewilayahan,” ujarnya. (*)
Editor: Rahmat