Sabtu, September 27, 2025

Inovasi Pembenihan Rajungan: Mendorong Produksi Berkelanjutan dan Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Share

PanenTalks, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara aktif mengembangkan budidaya rajungan di Indonesia sebagai respons terhadap tingginya permintaan pasar yang berpotensi menyebabkan eksploitasi berlebihan di alam.

Upaya ini meliputi kegiatan restocking dan pemberdayaan masyarakat dalam budidaya rajungan.

Permintaan rajungan di pasar ekspor utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.

Pada tahun 2024, rajungan-kepiting tercatat sebagai komoditas ekspor perikanan terbesar keempat di Indonesia setelah udang, tuna-cakalang, dan cumi-sotong-gurita, dengan nilai ekspor mencapai USD 513,35 juta, atau sekitar 8,6% dari total ekspor perikanan nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu, menyatakan bahwa budidaya rajungan merupakan langkah strategis untuk menjaga kelestarian ekosistem rajungan sekaligus mempertahankan stabilitas ekonomi masyarakat pesisir secara berkelanjutan.

Salah satu inisiatif KKP adalah melalui kolaborasi dengan Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI). Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, yang merupakan unit kerja KKP, telah menjalin kemitraan selama setahun terakhir dengan APRI untuk memberikan pendampingan teknis terkait teknologi pembenihan rajungan.

Dalam periode kolaborasi tersebut, APRI dan BBPBAP Jepara berhasil mengatasi tantangan krusial dalam proses pembenihan, terutama transisi dari fase zoea menjadi megalopa, melalui pengelolaan kualitas air, pakan, dan nutrisi yang optimal. Setelah mencapai fase crablet, rajungan menjalani tahap grading untuk memastikan kualitas benih.

Kerja sama ini telah menghasilkan sekitar 250 ribu ekor crablet yang telah didistribusikan kembali (restocking) di perairan Situbondo. Wita Setioko, Board of Director APRI, menyampaikan bahwa budidaya rajungan dengan pengembangan teknologi pembenihan memiliki potensi besar untuk keberlanjutan dan mendukung ekonomi biru.

Kepala BBPBAP Supito menjelaskan bahwa target dari kolaborasi ini adalah untuk memastikan unit hatchery milik APRI mampu menghasilkan crablet rajungan secara rutin dan berkelanjutan.

BBPBAP Jepara sendiri telah berhasil melakukan pembenihan rajungan hingga menghasilkan crablet sejak tahun 2004. Hingga tahun 2016, BBPBAP telah memproduksi sekitar 3,5 juta ekor crablet yang didistribusikan kepada kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di berbagai wilayah, termasuk Jepara, Demak, Pati, Lamongan, Pangandaran, Cilacap, Brebes, Pekalongan, dan Semarang.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mendorong pengembangan budidaya perikanan, dengan fokus pada lima komoditas unggulan ekspor, di mana rajungan menjadi salah satunya. Pengembangan budidaya ini bertujuan untuk memaksimalkan peluang pasar sekaligus menjaga keberlanjutan habitat perikanan di alam. (*)

Read more

Local News