Jumat, Juli 18, 2025

Investor Tiongkok Butuh 3 Ribu Ha untuk Tambak Garam

Share

PanenTalks, Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyebut investor asal Tiongkok membutuhkan lahan sekitar 3 ribu hektar untuk pengembangan tambak garam di provinsi ini.

CEO PT Susanti Megah, Hermawan Santoso mengatakan, potensi garam Jateng cukup bagus dan pemerintah juga sudah mendukung. “Investor berencana menanamkan modal untuk industri garam tersebut berasal dari Tiongkok,” saat audiensi, di Semarang, Kamis 17 Juli 2025.

Ia menjelaskan, perluasan industri dan produksi garam nasional perlu bertambah terutama dalam rangka mewujudkan swasembada garam nasional. Dia mengharapkan, Indonesia tidak lagi mengimpor dari luar negeri untuk menutupi kebutuhan garam.

“Kita sendiri memikirkan Indonesia bisa swasembada garam. Saya tadi katakan itu harus ada penambahan kapasitas dan perluasan lahan untuk meningkatkan kapasitas produksi atau ekstensifikasi. Kalau tidak ya tahun 2027 kita tetap harus impor,” jelas Hermawan.

Kolaborasi antara pemerintah dengan pihak swasta sangat penting agar swasembada garam itu dapat terwujud. Menurut Hermawan, saat ini wilayah di Indonesia sangat bagus dalam produksi garam ada di Madura dan Nusa Tenggara Barat. Jawa Tengah cukup potensial untuk mengejar dua daerah tersebut.

“Tentu kita harus kerja sama dengan petani dan pemerintah untuk peningkatan kualitas dan persediaan volume garam itu. Kita masih itung,” kata dia.

Dari sisi pengusaha, kata dia, tetap mencari peluang untuk mendukung program pemerintah terutama swasembada garam. “Saya sebagai pengusaha dan warga Indonesia harus support pemerintah,” katanya.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pengusaha garam nasional telah melirik Jawa Tengah sebagai bagian untuk perluasan dan produksi garam karena memang produksi garam nasional masih kurang.

Beberapa hal telah tersampaikanpengusaha kepada Gubernur Ahmad Luthfi. Baik terkait kemudahan sarana pengangkutan mesin pabrik, kemudian penumbuhan petani garam untuk suplai bahan baku garam, serta kebutuhan listrik dan gas.

“Dua terkahir ini sudah beres termasuk transportasi tadi. Nah yang perlu dikembangkan adalah pusat-pusat garam harus bertumbuh kembang untuk menuju swasembada,” kata dia.

Dia menilai, perlu ada intensifikasi atau ekstensifikasi atau perluasan sentra garam,” katanya

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, produksi garam rakyat Jawa Tengah pada tahun 2024 mencapai 536.612 ton.

Luas lahan produksi garam sekitar 8.267 hektare dengan jumlah petani garam 6.420. Jumlah tersebut tersebar di sembilan daerah sentra garam, meliputi Brebes, Demak, Jepara, Pati, Rembang, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Grobogan.

Kebutuhan garam di Jawa Tengah, berdasarkan data tahun 2024, sebesar 119.400 ton. Terdiri atas 33.000 ton untuk garam konsumsi dan 86.400 ton untuk garam industri. Dari kebutuhan tersebut, industri garam eksisting di Jawa Tengah seperti Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT) hanya mampu memenuhi 25.000 ton, Washingplant Koperasi Sari Makmur Rembang maksimal 7.500 ton, dan Washingplant Koperasi Mutiara laut Mandiri Pati maksimal 6.000 ton. Sisa kebutuhan garam dari daerah lain.

“Itu yang untuk garam rakyat dengan NaCL 95 persen. Kalau untuk industri NaCL-nya harus di atas 97 persen,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng, Endi Faiz Effendi.

Dia menerangkan, kendala meliputi infrastruktur air masih ada pendangkalan, teknologi sederhana dan tergantung cuaca. (*)

Read more

Local News