PanenTalks, Jakarta – Indonesia kaya tumbuhan bisa dikembangkan menjadi ramuan jamu.
“Di Indonesia, kita sudah punya farmakope herbal untuk standarisasi produk herba,” kata Ketua Perkumpulan Dokter Pengembangan Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, belum lama ini.
Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki pengetahuan mendalam terkait proses dan khasiat berbagai tumbuhan. Bertujuan untuk pengobatan dan kesehatan.
“Salah satunya jahe merah yang banyak jadi pilihan orang, apalagi ketika pandemi COVID-19 lalu,” kata dia.
Jahe merah merupakan salah satu herba asli Indonesia sudah terkenal bermanfaat sejak lama. Tanaman rimpang berwarna merah gelap ini sudah jadi pengobatan tradisional oleh berbagai masyarakat adat. Meliputi suku Jawa, Tolitoli, Banjar, Madura, Batak, Dayak, Bugis, dan Sunda. Manfaatnya untuk kekebalan dan vitalitas tubuh.
Kandungan di dalamnya gingerol, shogaol dan zingerone tinggi, jahe merah bersifat anti-inflamasi, antioksidan, antiemetik (mengurangi rasa mual), antibakteri dan antidiabetes.
Manfaat jahe merah untuk meredakan mual karena masuk angin dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, jahe merah memiliki potensi mengurangi gejala arthritis karena sifat anti-inflamasi.
Ekstrak jahe merah memiliki efek antidiabetes dan dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Pasar obat herbal Indonesia pun berkembang mulai dari usaha kecil hingga industri skala besar.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) mengawasi standarisasi obat herbal untuk memproduksi sesuai dengan standar nasional.
Berbagai pengujian untuk memastikan kualitas, keamanan, dan manfaat bagi konsumen.
“Tiga aspek yang harus terpenuhi, yaitu autentisitas bahwa produk asli,” kata dia.
Selain itu, kemurnian berarti tidak terkontaminasi logam berat, mikroba, dan sebagainya. Selain itu, mutu untuk menentukan taraf kualitas kandungan zat aktif dalam bahan.
“Ekosistem obat herbal dari hulu sampai hilir agar produk terjamin secara ilmiah dari sisi keamanan, kualitas, dan khasiat,” kata dia.
Ekosistem obat herbal terintegrasi mulai dari kebun dengan perbenihan, budidaya bersama petani binaan, berlanjut ke proses pascapanen, ekstraksi, destilasi, hingga riset dan produk sampai ke tangan konsumen. Alhasil, mendukung traceability dan mendukung keberlanjutan (sustainability) bisnis selaras dengan alam.
Hal inilah yang menjadi tantangan dalam industri obat herbal dalam negeri. Permasalahan ini perlu perbaikan bersama dengan pelaku usaha, pemerintah, dan organisasi untuk memastikan standarisasi untuk daya saing global.
Indonesia dapat memamerkan kemajuan riset dan industri telah memiliki ekosistem herbal terintegrasi berstandar tinggi, terutama jahe merah sebagai ikon Indonesia dikembangkan oleh PT Bintang Toedjoe.

