Jumat, September 5, 2025

Jogja Book Fair 2025: Merayakan Literasi dan Kebudayaan untuk Kesejahteraan Masyarakat

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Perhelatan Jogja Book Fair 2025 resmi digelar mulai 4 hingga 14 September di Grhatama Pustaka, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY. Mengangkat tema “Literasi, Inklusi, dan Kesejahteraan”, acara ini memperkuat posisi Yogyakarta sebagai pusat literasi nasional sekaligus merayakan Hari Literasi Internasional.

Tak sekadar menjadi ajang pameran buku, Jogja Book Fair tahun ini tampil sebagai ruang pertemuan berbagai unsur masyarakat. Mulai dari bazar buku, pertunjukan seni, diskusi publik, hingga peluncuran program literasi, acara ini menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga tentang membangun inklusi dan kesejahteraan sosial.

Kepala DPAD DIY, Kurniawan, menyampaikan bahwa event ini telah berkembang menjadi platform kolaboratif lintas sektor yang membawa semangat pemberdayaan.

“Jogja Book Fair ini, dari tahun ke tahun, bukan sekadar pameran buku, melainkan ruang inklusi di mana masyarakat bisa mengakses pengetahuan, berdiskusi, dan meneguhkan literasi sebagai bagian dari kesejahteraan. Ini sudah yang ketiga kalinya digelar di DPAD DIY. Yang menggembirakan adalah semakin banyak pihak yang terlibat di dalamnya,” ujarnya.

Dukungan Dana Keistimewaan (Danais) turut memastikan keberlangsungan acara ini, meskipun pada tahun ini diselenggarakan dalam situasi efisiensi anggaran. Meski begitu, semangat untuk terus menghidupkan literasi tetap menjadi prioritas.

Dewi Ambarwati, selaku Kepala Bidang Pengembangan Badan Pustaka dan Informasi DPAD DIY, menegaskan bahwa manfaat acara bagi masyarakat tetap menjadi fokus utama.

“Insyaallah, meski terdapat efisiensi, kami akan tetap mencari cara agar kegiatan bermanfaat bagi masyarakat. Bahkan sebelum ada Danais pun, literasi tetap berjalan. Prinsipnya, harus tetap memberi manfaat,” kata Dewi.

Ia juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memperluas akses terhadap buku murah yang berkualitas, sesuai amanat regulasi nasional.

“Undang-Undang Perpustakaan menegaskan pemerintah daerah wajib memfasilitasi buku murah. Jogja Book Fair adalah salah satu cara kami menjalankan amanat regulasi itu,” ujarnya.

Tahun ini, Jogja Book Fair menghadirkan sejumlah tokoh nasional dalam dunia literasi dan kebudayaan. Di antaranya, sastrawan Okky Madasari, Ratih Kumala, musisi dan aktivis Sabrang Mowo Damar Panuluh, penulis Kalis Mardiasih, pegiat literasi Agus Mulyadi, intelektual Dr. Fahruddin Faiz, novelis Ramayda Akmal, hingga grup musik Kiai Kanjeng.

Selain itu, DPAD DIY juga memperkenalkan inkubasi literasi, program khusus yang bertujuan menjaring serta mendampingi penulis muda dari wilayah DIY. Tak ketinggalan, berbagai kompetisi seperti baca puisi, lomba menggambar, mewarnai, hingga fashion show dongeng nusantara, membuka ruang partisipasi lebih luas bagi pelajar dan masyarakat umum.

Di sisi lain, keterlibatan penerbit lokal menjadi salah satu motor penggerak utama acara ini. Yusuf Effendi, Sekretaris Jenderal IKAPI DIY, menyoroti arti penting sinergi antar pemangku kepentingan dalam menjaga ekosistem literasi tetap hidup dan berkembang.

“Kolaborasi penerbit dengan pemerintah dan komunitas literasi membuktikan bahwa buku tetap relevan. Jogja Book Fair 2025 adalah perayaan sekaligus strategi untuk memperkuat pasar literasi yang sehat dan berbasis budaya,” ungkap Yusuf.

Ia juga menambahkan bahwa penyelenggaraan tahun ini merupakan yang paling besar, baik dari sisi jumlah penerbit yang berpartisipasi maupun jumlah buku yang ditawarkan kepada publik.

Lebih dari sekadar pesta buku, Jogja Book Fair 2025 merepresentasikan wajah khas Yogyakarta sebagai kota dengan visi literasi, budaya, dan kesejahteraan. Melalui dukungan pemerintah daerah, komunitas, dan pelaku industri buku, agenda ini membangun optimisme baru untuk masa depan literasi Indonesia. (*)

Read more

Local News