Selasa, Juni 24, 2025

Kaya Makna Ragam Kuliner ‘Sego’

Share

PanenTalks, Jakarta – Kuliner Indonesia sangat kaya dan uniknya setiap daerah memiliki ciri khas dari bumbu hingga penyajian. Di balik ragam makanan tradisional, sego, mempunyai filosofi menarik dan sejarah.

Dikutip dari laman Brin.go.id, Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra dan Komunitas (PR BSK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wiwin Erni Siti Nurlina mengatakan, masakan, terutama makanan pokok seperti nasi atau dalam bahasa Jawa disebut sego, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dari lahir hingga meninggal.

“Masakan-masakan seperti sego skopondro, skorulo, skocometin, hingga skobrawong, misalnya, masing-masing punya latar belakang unik yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan tradisi lokal,” ungkap Wiwin saat menyampaikan paparannya dalam kegiatan Public Lecture tema Indonesian Identity in the Dynamics of Nusantara Cuisine diselenggarakan di BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Jumat 11 April 2025.

Makanan tidak sekedar penghapus rasa lapar melainkan sarat makna, simbolis, ritual dan identitas budaya. Misalkan, skocometin berasal dari Pati dan hanya disajikan dalam acara khusus, mengandung ikan janjan hidup di air payau. Makanan ini memiliki makna sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi kekeringan.

Wiwin membagi kategori nama-nama masakan nasi tradisional ke dalam 11 konsep dasar. Pembagian kategori tersebut berdasarkan warna seperti sego kuning dan sego punar. Kategori rasa, bentuk, dan cara memasak seperti direbus, digoreng, atau dimasak ribet. Kategori sifat masakan seperti sego garingan. Kategori jenis lauk dan cara penyajian seperti sego ambengan, sego tempelan, hingga berdasarkan akronim dan geografi.

Lain lagi, Sego Gandul dahulu merupakan makanan mewah karena lauknya daging sapi. Sedangkan sego garingan biasanya hanya terdiri dari lauk kering tanpa sayur, populer di kalangan anak-anak. Sementara itu, sego wargang berasal dari nasi sisa belum basi, kini direkomendasikan untuk penderita diabetes karena kadar gulanya lebih rendah.

Ilustrasi Sego Berkat khas Jawa Tengah. Hendrati Hapsari/ PanenTalks

Wiwin menjelaskan, ada jenis masakan penamaannya diambil dari cara penyajian. Seperti sego kumpul atau sego ambengan. Kemudian digunakan dalam ritual seperti sego asam putih atau sego tumpeng dengan lima warna.

Wiwin mengungkapkan, banyak dari masakan tersebut kini mulai langka dan hanya dijumpai di lokasi tertentu. Namun jenis kulineran ini tetap penting untuk dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari pelestarian budaya.

“Memahami kuliner tradisional Indonesia bukan hanya soal rasa, tapi juga memahami narasi kehidupan dan struktur sosial masyarakat Jawa yang terkandung di balik setiap sajian,” terangnya.

Masyarakat Indonesia, kata dia, saat ini masih belum sepenuhnya memahami asal-usul dan filosofi dari makanan kontemporer berkembang, termasuk dari segi rasa maupun penyajian. Menurutnya hal ini bukan terjadi karena penurunan minat terhadap makanan kontemporer, melainkan kurangnya informasi diturunkan dari generasi ke generasi.

Wiwin menyimpulkan, tantangan utama adalah belum terintegrasinya penyebaran pengetahuan tradisional dengan teknologi informasi maupun sistem pendidikan. Maka ia berharap agar masakan kontemporer dapat menjadi jembatan dalam mengembangkan industri kreatif kuliner Indonesia. Dengan mengangkat kekayaan lokal, maka menciptakan nilai ekonomi dan memperkuat identitas budaya bangsa. (*)

Read more

Local News