PanenTalks, Yogyakarta – Terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Jembrana, tepatnya di Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Kebun Raya Jagatnatha menjadi oase hijau di tengah kota yang menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam.
Berjarak sekitar 92 km dari Denpasar atau dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam berkendara, kebun raya ini menyambut pengunjung dengan suasana asri dan penuh makna.
Dengan luas sekitar 5,8 hektar, Kebun Raya Jagatnatha menyuguhkan perpaduan antara fungsi konservasi, edukasi, dan penelitian botani. Namun yang membuatnya istimewa adalah konsep tematik koleksi tanamannya yang unik—berfokus pada tumbuhan Upakara dan Usada.
Selaras dengan Masyarakat Bali yang Religius
Konsep ini selaras dengan karakter masyarakat Hindu Bali yang religius, di mana berbagai jenis tanaman digunakan dalam upacara adat maupun ritual keagamaan.
Hal ini menjadikan kebun raya tersebut tidak hanya sebagai tempat wisata, tetapi juga sebagai refleksi budaya dan spiritualitas masyarakat Bali.
Dalam setiap upacara adat maupun ibadah, masyarakat Hindu di Bali menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai persembahan.
Uniknya lagi, Jagatnatha menjadi kebun raya kedua setelah Kebun Raya Bogor yang berada di dalam kawasan perkotaan. Keberadaannya yang strategis membuatnya mudah diakses, sekaligus menjadi ruang hijau penting di Jembrana.
Kenyamanan pengunjung pun menjadi perhatian. Penataan kawasan dilakukan oleh Kementerian PUPR dengan membangun sejumlah fasilitas seperti Balai Paninjauan, Pura Beji, Wantilan, gazebo, air mancur, dan panyengker (tembok pembatas). Selain itu, tersedia restoran, toilet bersih, pedestrian drainase, serta signage untuk memudahkan navigasi.
Soal harga tiket, Kebun Raya Jagatnatha terbilang ramah kantong. Untuk wisatawan domestik, tiket masuk hanya Rp5.000 (dewasa), Rp3.000 (anak-anak), dan Rp2.000 untuk rombongan pelajar per orang. Sedangkan wisatawan mancanegara dikenai tarif Rp10.000 (dewasa) dan Rp5.000 (anak-anak).
Kebun Raya ini buka setiap hari, mulai pukul 07.30 hingga 18.00 WITA, memberi cukup waktu bagi pengunjung untuk mengeksplorasi dan menyerap nilai-nilai budaya yang tertanam lewat koleksi tanamannya. (*)