PanenTalks, Kulon Progo – Sorot mata kini tertuju pada Kulon Progo, di mana sejumlah kapenawon seperti Samigaluh, Kokap, Girimulyo, Kalibawang, Pengasih, Panjatan, dan Sentolo mulai bersiap siaga. Ancaman kekeringan di musim kemarau yang diprediksi hadir mulai bulan Mei ini, bukan lagi sekadar wacana.
Budi Prastawa, garda terdepan dari BPBD Kulonprogo, menegaskan koordinasi intensif dengan berbagai pihak tengah digencarkan. Fokus utama tak lain adalah memastikan pasokan air bersih tetap mengalir di tengah potensi ladang dan sumur yang mengering.
Meski demikian, kewaspadaan terhadap sisa-sisa bencana hidrometeorologi di masa peralihan tak sedikit pun mengendur.
Sementara itu, Stasiun Meteorologi Yogyakarta International Airport (YIA) meminta warga Kulonprogo untuk bersiap menghadapi ancaman musim kemarau yang diprediksi berlangsung mulai Mei.
Kepala Stasiun Meteorologi YIA, Warjono mengungkapkan, musim kemarau di tahun 2025, khususnya untuk wilayah Pulau Jawa, diprediksi akan berlangsung secara normal.
“Kemarau tahun ini, khususnya di Pulau Jawa, diperkirakan akan normal, tidak seperti tahun sebelumnya yang cukup panjang,” kata Warjono, Kamis (1/5).
Menurut Warjono, puncak musim kemarau akan terjadi pada rentang bulan Juni hingga September 2025, yang merupakan durasi kemarau seperti pada umumnya.
Tahun lalu, kemarau berlangsung lebih panjang akibat El Nino. Namun tahun ini, dengan adanya pengaruh La Nina, masa kemarau diperkirakan lebih singkat dan tidak seekstrem sebelumnya.
“Kemarau normalnya terjadi antara bulan April sampai September, sedangkan musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret,” jelasnya.
Meski demikian, Warjono mengingatkan bahwa masyarakat tetap harus bersiap menghadapi kemungkinan kekeringan. Ia mengimbau agar curah hujan yang masih turun hingga Mei akibat musim pancaroba dapat dimanfaatkan dengan bijak, terutama untuk memanen dan menyimpan air hujan sebagai cadangan.
Persediaan dari air hujan tersebut bisa menjadi antisipasi jika terjadi kekeringan di musim kemarau. (*)
Editor: Rahmat